Moskwa, kaba12.com — Kementerian Pertahanan Rusia memerintahkan pesawat tempurnya untuk terbang lebih tinggi saat menjalankan misi di zona perang Suriah.
Kebijakan itu dilaporkan diambil setelah salah satu pesawat militernya jenis Sukhoi Su-25 tertembak jatuh ketika menjalankan misi di atas provinsi Idlib, Suriah, Sabtu (3/2).
Akibat insiden itu, angkatan udara Rusia kehilangan satu pilotnya yang tewas di medan pertempuran.
Dilaporkan surat kabar Izvestia, Kementerian Pertahanan Rusia memerintahkan untuk misi-misi berikutnya, pilot harus menerbangkan pesawat tempurnya di atas ketinggian 16.400 kaki (5.000 meter) agar mereka tetap aman.
Disebutkan, instruksi ketinggian terbang itu sebenarnya telah diberlakukan, namun pilot Sukhoi Su-25 dikatakan memiliki sejumlah alasan sehingga akhirnya terbang di ketinggian yang lebih rendah.
Dalam insiden yang terjadi pada Sabtu lalu, pesawat jet Sukhoi Su-25 milik Rusia dilaporkan ditembak jatuh pasukan gerilyawan Suriah menggunakan peluncur roket setelah terbang di ketinggian 13.000 kaki.
“Sangat mengkhawatirkan senjata seperti peluncur roket udara bisa ada di tangan para teroris. Hal itu menjadi bahaya bagi seluruh pemerintahan,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Pilot pesawat jet yang tertembak itu bernama Major Roman Filipov. Dia sempat menyelamatkan diri menggunakan kursi pelontar dan meminta bantuan kepada pangkalan Rusia di Khmeimim.
Namun di darat, perwira 33 tahun itu terlibat kontak senjata dengan milisi Al Nusra yang mendekatinya. Hanya berbekal pistol, Filipov mampu menewaskan dua anggota kelompok tersebut.
Namun pada akhirnya dia terkepung dan memutuskan meledakkan diri dengan granat yang dibawanya agar tidak tertangkap.
Atas jasanya, Mayor Filipov diberi penghargaan tertinggi sebagai Pahlawan Rusia. Presiden Vladimir Putin bakal menyerahkan langsung kepada keluarga pilot asal Vladivostok tersebut.
Sumber : Kompas.com
(Dany)