Bukittinggi, KABA12.com — Angka kematian tiga orang Ibu melahirkan dan kematian 12 orang bayi tahun 2016, menjadi batu penyandung kota Bukittinggi menjadi Kota Layak Anak tahun ini.
Hal itu diutarakan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3APPKB) kota Bukittinggi Tati Yasmarni, dalam rapat lintas sektoral yang digelar di Hall Balaikota Gulaibancah, Kamis (15/06).
“Adanya angka kematian terhadap Ibu melahirkan dan kematian bayi, itu sangat kontradiktif dengan komitmen Kota Layak Anak. Padahal kita hampir capai angka maksimal 99, 265 dalam penilaian ini,” sebut Tati Yasmarni.
Ia menjelaskan, sejak diverifikasi oleh tim penilaian dari pusat pada Mei lalu, ada bagian klester tiga berkas kota Bukittinggi dibidang kesehatan dasar dan kesejahteraan yang angkanya tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena untuk menjadi Kota Layak Anak tidak seharusnya ada kaksus kematian Ibu dan bayi.
Hal itu dikatakan Tati juga disebabkan, lantaran tidak satupun Puskesmas yang tidak layak anak, belum adanya OPD yang punya ruang lakstasi, belum berpihaknya pemerintah pada ibu yang menyusui, kualitas kader Posyandu, BKB dan KIE tentang kesehatan dasar KB masih lemah, serta sarana prasarana Posyandu yang masih di luar standar, “itu semua berkontribusi dalam kematian ibu dan anak,” paparnya.
Kepala P3APPKB Bukittinggi dengan tegas meminta seluruh elemen, baik dari Pemerintahan hingga masyarakat, bahwa untuk mencapai Kota Layak Anak, harus besama-sama berkomitmen mewujudkannya.
“Saat ini kita masih ditingkat Pratama sebagai Kota Layak Anak, kita yakin dan optimis tingkatan kita akan naik dalam penilaian Kola Layak Anak ini,” ujarnya dengan yakin.
Dijadwalkan, pengumuman pemenang Kota Layak Anak ini akan dilakukan pada 23 Juli mendatang di kota Pekanbaru dalam peringatan Hari Anak Nasional.
(Jaswit)