Bukittinggi, KABA12.com — Jika sebelumnya kota Bukittinggi mengalami inflasi berturut-turut, yang dipicu akibat naiknya harga pengeluaran bumbu-bumbuan dan biaya tarif pulsa ponsel. Namun Februari 2017, sejumlah kelompok pengeluaran di kota Jam Gadang itu mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) kota Bukittinggi, Faizal, perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Februari 2017 secara umum menunjukkan penurunan pada kelompok bahan makanan terutama bumbu-bumbuan. “Di kota Bukittinggi bulan Februari 2017 terjadi deflasi sebesar 0,45 persen atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 126,57 persen pada bulan Januari menjadi 126,00 persen pada bulan Februari,” jelasnya.
Dilanjutkan Faizal, deflasi Bukittinggi terjadi karena adanya penurunan indeks pada dua kelompok pengeluaran, kelompok bahan makanan sebesar 1,81 persen dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,67 persen. “Dari 11 sub kelompok dalam kelompok bahan makanan, enam diantaranya mengalami deflasi seperti, bumbu-bumbuan, daging dan hasilnya, padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, telur, susu dan hasilnya, dan kacang-kacangan, sementara dari kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan disumbangi oleh sub kelompok komunikasi dan pengiriman,” jelasnya lagi.
Faizal menambahkan, dari 82 kota IHK, 62 kota mengalami inflasi dan 20 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Manado sebesar 1,16 persen, sementara deflasi terendah di kota Bungo sebesar 0,02 persen, ” Bukittinggi menduduki posisi ke-17 di pulau Sumatera dan urutan ke-73 dari seluruh kota di Indonesia,” jelasnya lagi.
(Jaswit)
