Kaba Tausyiah

Agama Membentuk Akhlak Yang Mulia

Sunggguh ironis apa yang seringkali kita saksikan di tengah masyarakat ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di dalam negeri seorang pencuri tertangkap dan dia ber-KTP Islam. Di luar negeri sesama umat Islam bertikai hingga saling berperang karena perbedaan madzhab dan visi politik.

Patut dicatat bahwa mereka semuanya mengaku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah. Mereka juga melaksanakan shalat, puasa hingga berhaji.

Misi Rasulullah Membangun Akhlak Mulia

Di dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

Hadits tersebut menjelaskan betapa misi utama Islam adalah membenahi moral manusia, apalagi Rasululllah diutus ke tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang sudah menjadi tradisi turun temurun. Perbudakan manusia atas manusia lain, membunuh bayi wanita, hingga perang antar suku menjadi pemandangan biasa bagi masyarakat jahiliyah. Maka kehadiran Rasulullah membawa wahyu Allah menjadi obat penawar yang akhirnya mampu mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban Islam yang bermoral.

Dalam memperbaiki perilaku bangsa Arab jahiliyah, Rasulullah menggunakan beberapa cara mujarab:

Pertama, mengokohkan keimanan dan beribadah kepada Allah SWT. Keimanan ini akan menghasilkan ketenangan jiwa dan bertawakal kepada-Nya merupakan sendi untuk menjadikan hidup dalam kerangka ibadah hanya kepada-Nya. Corak kehidupan Muslim seperti ini dijelaskan dalam Alquran surah al-An’am: 162.

Kedua, menanamkan ketakwaan dan memperbanyak zikrullah. Rasul SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada.” (HR Ahmad dan Turmudzi) Dan beliau menjelaskan bahwa tempat takwa adalah hati (HR Muslim). Ketakwaan akan mengingatkan manusia yang beriman, walau ketika digoda iblis (QS al-A’raf: 201).

Bila ketakwaan sudah tertanam dalam hati, maka akhlaknya akan menjadi sangat mulia.

Ketiga, menanamkan keikhlasan dalam semua perbuatan. Allah menegaskan hal ini dalam surah az-Zumar: 1 dan al-Bayyinah: 5. Beliau juga menyuruh kita agar mewaspadai riya.

Keempat, zuhud dan selalu mengingat akhirat. Rasulullah mengingatkan para sahabat dengan akhirat dan menganjurkan agar merenggangkan diri dari dunia. Beliau bersabda, “Perbanyaklah menyebut penghancur kenikmatan, yakni kematian (HR Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Kelima, Rasulullah SAW mendidik para sahabat untuk mencintai ilmu dan mempelajarinya.

Keenam, memberikan teladan yang baik dan selalu paling terdepan mempraktikkan akhlak mulia.

Ketujuh, menanamkan kebebasan dan sikap yang positif.
Nabi bersabda, “Janganlah kamu menjadi orang plin-plan lalu berkata, ‘Bila orang-orang baik, kami ikut baik, dan bila mereka zalim, kami pun ikut.’ Akan tetapi, bentengilah dirimu, bila orang-orang baik, kamu harus berbuat baik, dan bila mereka jahat, janganlah ikuti kejahatan mereka.’’ (HR at-Turmudzi).

Kedelapan, memperhatikan kejiwaan orang yang mau diubah dan hal ini dilakukan secara berkesinambungan.

Kesembilan, mengikutsertakan orang lain dalam melakukan perubahan dan menyiapkan ahli di bidang tertentu. Rasulullah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.’’ (HR al-Bukhari). Hadis ini menegaskan kewajiban menyampaikan ajaran Alquran bukan hanya bagi Rasulullah, melainkan setiap Muslim wajib menyampaikannya.

Kesepuluh, bervariasi dalam cara mengubah, seperti dengan membuat perumpamaan, bercerita, diskusi, ataupun hal lainnya agar tidak muncul kebosanan dalam diri para sahabat. Semoga kita bisa meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menjadi manusia bermoral, berakhlak mulia.

(Sumber: minanews.net)

To Top