Kaba Bukittinggi

TPID Bukittinggi Minta Biaya Akademik Tidak Fluktuatif

Bukittinggi, KABA12.com — Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan September 2017 di kota Bukittinggi menunjukkan kenaikan harga, terutama pada subkelompok bumbu bumbuan, subkelompok barang pribadi, sandang lain dan subkelompok pendidikan.

Sehingga kota pariwisata itu mengalami inflasi sebesar 0,31 persen atau terjadi Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 125,88 persen pada bulan Agustus 2017 menjadi 126,62 persen pada bulan September 2017.

Badan Pusat Statistis Bukittinggi mencatat Inflasi terjadi karena adanya peningkatan indeks pada enam kelompok pengeluaran, yaitu, kelompok bahan makanan sebesar 0,51 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,18 persen, kelompok sandang sebesar 0,56 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,47 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen.

“Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga terbesar selama bulan September 2017 antara lain cabe merah, akademi/perguruan tinggi, ikan tongkol, emas perhiasan, cabe hijau, beras, ikan sarden, belut, laptop/notebook, dan komoditas lainnya,” papar Kepala BPS kota Bukittinggi Mukhlis dalam rilisnya, Rabu (04/10).

Ia menjelaskan, cabe merah memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,1902 persen, ikan tongkol 0,0464 persen, cabe hijau 0,0331 persen, ikan dencis 0,0165 persen, belut 0,0163 persen dan akademi/perguruan tinggi sebesar 0,0867, laptop/notebook sebesar 0,0113 persen.

Naiknya sejumlah harga komoditas yang mengakibatkan inflasi sabesar 0,31 persen dinilai masih stabil Tim Pengendali Inlasi Daerah kota Bukittinggi.

Hal itu diungkap Kabag Perekonomian Sekdako Bukittinggi Rismal Hadi pada KABA12.com, Rabu (04/10).

“Kenaikan harga sejumlah komoditas masih wajar. Inflasi sampai angka 3 masih masuk kategori stabil,” ujarnya.

Rismalhadi menyebutkan inflasi juga diperlukan untuk memberikan gairah ekonomi,”tapi pada angka yang rendah dan stabil, yang tidak boleh itu berfluktuatif dan bergejolak” ulasnya.

Lebih lanjut Kabag Perekonomian Sekdako Bukittinggi itu menjelaskan, dalam menekan angka inflasi, berbagai upaya telah dilakukan TPID bersama OPD terkait. 

Seperti halnya gerakan tanam cabe disetiap rumah tangga sebagai antisipasi melonjaknya harga cabe di pasaran.

“Pada bulan Sepetember terdapat komponen inti atau core akademi/perguruan tinggi mengalami kenaikan harga. Untuk hal itu tetap kita kendalikan, TPID mencoba mengkoordinasikan dengan OPD terkait khususnya Dinas Pendidikan agar pihak sekolah atau perguruan tinggi tidak menetapkan biaya sekolah yang tinggi dan fluktuatif,” jelasnya lagi.

Ia menambahkan, pada bulan September 2017, dari 82 kota IHK, 50 kota mengalami inflasi dan 32 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 1,59 persen dan terendah di Kota Mamuju sebesar 0,01 persen. Kota Bukittinggi menduduki posisi ke-9 di pulau Sumatera dan urutan ke-17 dari seluruh kota di Indonesia yang mengalami inflasi/deflasi.

 “Alhamdulillah inflasi kota Bukittinggi pada bulan September 2017 masih terkendali pada angka 0,31 persen. Peringkat ke-9 terendah se-Sumatera dan 17 se-Indonesia. Terimakasih atas dukungan dan kerjasama anggota TPID dan seluruh kepala OPD/Instansi vertikal dalam rangka mengendalikan inflasi di Kota Bukittinggi sehingga tetap berada pada angka yang rendah dan stabil,” ulasnya.

(Jaswit)

To Top