Maninjau, KABA12.com — Pemerintah kabupaten Agam melalui Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) mengimbau agar petani budidaya ikan di Maninjau untuk memanen secara dini ikan-ikan yang telah mengapung dan mati membusuk dari permukaan danau. Tak hanya itu, para pembudidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) juga diminta agar dapat langsung mengubur bangkai-bangkai ikan tesebut dan tidak membiarkan kembali hanyut ke danau.
Hal itu dikatakan Kepala DPKP kabupaten Agam, Ermanto agar kondisi air danau tetap terjaga dan tidak semakin tercemar parah.
“Sejak cuaca kurang bersahabat, lima hari terakhir banyak ikan yang mengapung dan membusuk di danau Maninjau, hingga Senin (04/12) sudah lebih 100 ton ikan mati di danau. Sebagai antisipasi segera, para pembudidaya ikan sudah memanen dini ikan-ikanya. Namun kami menegaskan, agar bangkai-bangkai ikan yang telah membusuk untuk langsung di kubur, bukan dihanyutkan kembali ke danau, karena hal ini akan berakibat fatal,” ujarnya saat dikonfirmasi KABA12.com mengenai kematin ikan di danau Maninjau, Senin (04/12).
Ermanto juga mengatakan, jika petani ikan setempat mampu mengolah ikan-ikan tersebut menjadi lebih bermanfaat, hal itu akan lebih baik, “kalau warga bisa mengolahnya akan lebih baik, ikan itu bisa panggang atau diasapi serta bisa dibikin tepung ikan,” ujarnya lagi.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahana Pangan kabupaten Agam itu kembali menegaskan, agar masyarakat salingka danau Maninjau untuk berhenti melakukan pembudidayaan ikan hingga kondisi danau benar-benar pulih.
“Bayangkan saja kerugin yang dialami masyarakat, 100 ton dikalikan Rp 28.000/kg begitu banyak kerugian yang dialami para pembudidaya ikan. Sudah dari dulu dilarang membudidaya ikan karena air danau tercemar berat, namun warga sendiri tidak mengindahkan hal itu. Tunggu sampai kondisi danau stabil dan benar-benar pulih,” tegas Ermanto.
Berdasarkan data yang tercatat oleh Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, ada sekitar 100 ton ikan mati yang berasal dari 18.000 petak keramba jaring apung milik petani budidaya ikan yang tersebar di 8 nagari disekitar danau, seperti nagari Koto Malintang, Duo Koto, Koto Gadang, Bayua, Koto Kaciak, Maninjau dan Tanjung Sani.
Sementara itu Rijha salah seorang warga yang tinggal di salingka danau Maninjau mengaku telah memanen seluruh ikan yang tersisa di dalam keramba. Ia bersama pembudidaya ikan lainnya hanya bisa pasrah atas musibah yang diakibatkan cuaca yang kurang bersahabat beberapa pekan terakhir.
“Semua ikan terpaksa harus dipanen, jika tidak akan mengakibatkan kerugian yang lebih banyak lagi. Setelah dipanen kami langsung memilah mana ikan yan masih segar yang bisa untuk dijual dan yang sudah busuk,” sebutnya pada KABA12.com.
(Jaswit)
