Kaba Agam

MUI – BI Resmikan Rumah Pusat Pariwisata Ramah Muslim di Sungai Batang

Sungai Batang, KABA12 — Lembaga Wakaf Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia mengembangkan ekosistem pariwisata halal ramah muslim (PRM) berbasis wakaf produktif di kawasan Danau Maninjau, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.

Rumah pusat pariwisata halal (halal tourism hub) tersebut diresmikan pada Kamis (12/12). Peresmian ditandai dengan pemotongan pita oleh Sekjen MUI Dr H Amirsyah Tambunan didampingi Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia Irfan Parulian, Ketua Lembaga Wakaf Dr Ir H Lukmanul Hakim.

Kegiatan itu turut dihadiri Gubernur Sumbar diwakili Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Luhur Budianda, Bupati Agam diwakili Kepala Disparpora Agam Dedi Asmar, Sekretaris Lembaga Wakaf MUI Guntur Subagja Mahardika, Bendahara LWMUI Jojo Sutisna, Ketua MUI Sumbar Buya Gusrizal Gazahar, Ketua MUI Agam, Tim Enhaii Halal Tourism Center (EHTC) Politeknik Pariwisata NHI Bandung Kementerian Pariwisata RI, forkopimca, walinagari serta keluarga besar Buya Sutan Ahmad Rasyid Sutan Mansur – Fatimah Karim Amrullah.

Sekjen MUI, Dr H Amirsyah Tambunan menyebutkan bahwa LWMUI bersama EHTC, Nagari Sungai Batang, dan Departemen Ekonomi Syariah (DEKS) Bank Indonesia melihat potensi besar untuk pengembangan pariwisata halal (halal tourism) di kawasan Danau Maninjau sebagai pilot project untuk pengembangan pariwisata ramah muslim (PRM) berbasis desa wisata, di Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.

Melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) kepada Lembaga Wakaf MUI, pihaknya menggandeng kerjasama wakaf produktif dengan ahli waris keluarga Buya AR St. Mansur – Ibu Fathimah Karim Amrullah untuk merevitalisasi dan rekontruksi rumah bersejarah warisan dari Inyiak Doktor Karim Amrullah kepada Fathimah Karim Amrullah, istri Buya AR Sutan Mansur yang berlokasi di tepi Danau Maninjau.

“Dengan adanya PRM ini tentu akan menjadi pusat (center/hub) pengembangan pariwisata halal di Nagari Sungai Batang dan kawasan Danau Maninjau yang dikelilingi 10 nagari, yang dapat menjadi rantai nilai halal (halal value chain/HVC) yang berdampak pada peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat melalui sektor pariwisata, budaya, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” katanya.

Ia menambahkan bahwa ini merupakan percontohan implementasi dari peta jalan (Roadmap) Pengembangan pariwisata ramah muslim (PRM) yang disusun oleh para stakeholder pariwisata halal yang melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga serta komunitas pariwisata ramah muslim.

Disebutkan ada enam fungsi dalam pusat pengembangan PRM Nagari Sungai Batang. Pertama adalah manajemen organisasi desa wisata; kedua, pusat penjualan (sales center); ketiga, pusat bisnis komunitas (community business center); keempat, pusat informasi wisatawan terintegrasi (integrated tourist information center); kelima, pusat layanan homestay masyarakat (integrated guest house); dan keenam, galeri produk-produk UMKM lokal (local product showcase).

“Pusat PRM Nagari Sungai Batang dilengkapi dengan kedai (kafe), roof top untuk spot foto yang dapat memandang luas Danau Maninjau, serta ruang terbuka dan amphitheatre untuk pentas seni dan budaya masyarakat,” ungkapnya.

Selain itu, bangunan yang berarsitektur rumah gadang itu terdapat ruang (space) yang akan menjadi semacam museum mini untuk memajang dokumentasi, foto, barang-barang, dan karya masa perjuangan Buya AR St. Mansur dan Fhatimah Karim Amrullah, Buya Hamka, dan tokoh-tokoh perjuangan asal Maninjau, yang menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan dan pembangunan Indonesia.

“PRM Sungai Batang juga akan dilengkapi sarana digital untuk memudahkan wisatawan mendapatkan informasi, mempelajari budaya dan sejarah, marketplace paket wisata dan produk UMKM, serta sarana transaksi pembayaran berbasis QRIS, ” katanya.

Pihaknya mengaku bahwa dipilihnya lokasi di kawasan Nagari Sungai Batang sebagai PRM adalah sebagai salah satu penghormatan kepada ulama besar Buya Hamka yang merupakan salah satu pendiri dan ketua umum MUI pertama.

Disamping itu, aset wakaf produktif yang dikembangkan adalah aset yang memiliki sejarah perjuangan ulama besar Buya AR Sutan Mansur yang beristrikan Fatimah Karim Amrullah dalam perjuangan nasional. Rumah ini juga pernah dikunjungi Soekarno sejak menjelang kemerdekaan dan setelah Soekarno menjabat Presiden Republik Indonesia.

“Pengembangan rantai nilai halal pariwisata ramah muslim mencakup pengembangan Muslim Friendly Travel Indicator (MuFTI) dan peta jalan (roadmap) strategi pengembangan berbasis komunitas dan masyarakat. Untuk itu dilakukan pendampingan pengelolaan serta penguatan kelembagaan komunitas usaha berbasis syariah dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan perekonomian RNH PRM, melalui pengembangan ekosistem berbasis kearifan lokal, yang pengelolaannya dilaksanakan Wali Nagari Sungai Batang bersama Pokdarwis, komunitas UMKM, komunitas adat setempat, dan lembaga/komunitas terkait lainnya,” jelasnya.

Dengan hadirnya pusat pariwisata ramah muslim Nagari Sungai Batang diharapkan akan memudahkan wisatawan memperoleh informasi wisata, paket wisata, produk UMKM, dan penginapan di kawasan Danau Maninjau. Sehingga ini akan meningkatkan produktivitas masyarakat Maninjau, khususnya generasi muda, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

“Hasil manfaat dari pengelolaan wakaf produktif, akan disalurkan kembali kepada masyarakat untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusia, ekonomi produktif, sarana ibadah, dan sosial,” sebutnya.

Pariwisata ramah muslim Sungai Batang diharapkan menjadi role model pengembangan pariwisata halal berbasis wakaf produktif. Ini merupakan bagian dari peran wakaf produktif dalam pengembangan industri halal di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Luhur Budianda mengatakan, pusat pariwisata ramah Muslim yang ada di Nagari Sungai Batang ini tentu menjadi pusat edukasi yang sangat penting.

Menurutnya, Sungai Batang tidak hanya terkenal sebagai destinasi wisata dengan sejarah yang kuat, tetapi juga sebagai pusat informasi bagi pariwisata muslim. Dengan demikian, dampak ekonominya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.

“Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam mewujudkan impian kita bersama di Sungai Batang ini, termasuk kepada keluarga besar Buya Hamka dan Buya AR St Mansur yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk mendirikan serta mewujudkan pusat pariwisata muslim ini,” jelasnya.

(Bryan)

To Top