Kaba Terkini

Kemitraan Strategis, Tri Sentra Pendidikan

Oleh : Rahman, S.Pd

Mungkin bagi sebagian orang, persoalan pendidikan, rendahnya prestasi anak disekolah, minimnya kreativitas, hilangnya budaya prestasi dan lemahnya karakter serta seabrik persoalanlainnya ditingkat satuan pendidikan, dianggap persoalan klasik yang merupakan ‘sejarah yang terus berulang’setiap kurun waktu tertentu. Dan tak jarang, sasaran umpatan dan kekecewaan tumpah ruah ke pihak sekolah yang dianggap tidak kompeten dan kurang profesional mengelola proses pendidikan dan pengajaran, terutama kepada sosok guru yang punya tanggung jawab besar.

Memang, kritikan dan ketidakpuasan itu ada juga benarnya, dimana berdasarkan analisis dan kajian parapihak yang konsensertapeduli terhadap pendidikan yang berkualitas, masih terdapat kesembrautan pengelolaan pendidikan pada berbagai tingkat satuan pendidikan di republik tercinta ini. Tentu hal ini juga menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi para pemangku kepentingan yang berkompeten terkait permasalahan dalam lingkungan satuan pendidikan.Dan terkadang peran orang tua dan masyarakat sering luput dari pantauan, serta jarangtersentuh.

Ada baiknya jika sejenak kita merefleksikan, sejak tahun 1935 Ki Hadjar Dewantara telah mencetuskan bahwa keluarga, satuan pendidikan (sekolah), dan masyarakat merupakan tri sentra pendidikan. Kemitraan yang baik diantara ketiganya akan dapat mendukung dan mewujudkan terciptanya ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi. Hal ini diharapkan sebagai solusi ‘smart’ agar terbangunnya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi segenap warga sekolah, dimana saat ini masih maraknya kita temui aksi kekerasan dan berbagai perilaku yang ‘diluar trek’ konsep pendidikan itu sendiri.

Sudah menjadi stigma bahwa keluarga adalah pilar yang pertama dan utama dimana proses pendidikan itu dimulai. Keterlibatan keluarga (orang tua) dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebuah keniscayaan. Berbagai studi dan literatur mengungkapkan bahwa peran aktif dan keterlibatan keluarga dalam proses pendidikan ternyata berbanding lurus secara positif terhadap prestasi belajar dan penumbuhan karakter anak,serta menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Kondisi ini akan semakin baik lagi jika kemitraan itu diperkuat dengan keterlibatan unsur masyarakat. Sinergi ketiga pilar ini akanterbangun tentu saja jika satuan pendidikan (sekolah) secara aktif berperan dan menjadi motor utama sebagai penggerak.

Selama ini (semenjak dahulu) jika berbicara tentang pendidikan, fokus utama kita umumnya selalu tertuju kepada bagaimana siswa dan guru dalam aktivitasnya di satuan pendidikan, sementara faktor keterlibatan orang tua jarang mendapat porsi yang seharusnya. Kita semua tentu sadar bahwa dengan beragam faktor dan keterbatasan yang dimiliki, ternyata sekolah tidak seutuhnya dapat memberikan semua tuntutan kebutuhan seiring pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. Hal inilah yang menyebabkan perlunya peran aktif dan keterlibatan bermakna dari keluarga (orang tua) dan masyarakat lingkungan. Sebagai salah satu unsur dalam ekosistem yang terdekat dengan anak, keluarga memiliki banyak kesempatan melalui interaksi dan komunikasi setiap saat. Bentuk, cara-cara serta pola interaksi yang terjadi dalam keluarga yang diterima serta dialami anak, akan digunakannya sebagai ‘basic’ untuk proses perkembangan selanjutnya dilingkungan termasuk disekolah dan masyarakat.

Secara prinsip bermakna bahwa sekolah, keluarga dan masyarakat adalah tiga pilar penyangga, yang berperan besar bagi terbentuknya ‘insan yang beriman dan bertaqwa, serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter, dan memiliki budaya prestasi.

Untuk mewujudkan kemitraan strategis antara orang tua, sekolah dan masyarakat agardapatmendorong keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di satuan pendidikan, tentu perlu dirancang  Program Kemitraan yang terencana, terukur dan berdaya guna yang dapat menjalin kerjasama dan keselarasan program pendidikan disekolah, keluarga dan masyarakat dalam membangun ekosistem pendidikan yang kondusif dalam rangka menumbuhkembangkan karakter dan budaya berprestasi pada peserta didik.

Bentuk kemitraan itu antara lain adalah:

  1. Penguatan komunikasi dua arah, dengan tujuan untuk mendapat informasi dan masukan tentang perkembangan peserta didik, baik dari keluarga kepada sekolah maupun sebaliknya. Misalnya, informasi yang dituliskan rutin melalui buku penghubung, pertemuan rutin wali kelas dengan orang tua/wali, komunikasi paguyupan orang tua per kelas, pemanfaatan media komunikasi seperti sms, WhatsApp dan lainnya yang sesuai.
  2. Pendidikan Orang Tua, dalam hal ini membantu orang tua/wali dalam membangun kesadaran akan pendidikan anak, seperti mengembangkan lingkungan belajar dirumah yang kondusif (aman, nyaman, dan menyenangkan).
  3. Kegiatan Sukarela, yang bertujuan untuk menyalurkan aspirasi masing-masing pihak dalam mendukung dan membantu kemajuanpendidikan anak. Kegiatan ini bisa berupa acara makan bersama orang tua, guru/walikelas, dan anak.
  4. Belajar di Rumah, dimana sekolah mengkomunikasikan orang tua/wali mengenai materi yang sebaiknya diperkaya dan diperdalam kembali di rumah.
  5. Kolaborasi dengan Masyarakat. Kemitraan ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan anak. Masyarakat dalam hal ini adalah tokoh masyarakat(para pemangku adat/tokoh perempuan/tokoh pemuda), tokoh agama (alim ulama), ahlipendidikan, pengusaha, profesional, dan lembaga yang relevan dengan program kemitraan yang dapat dijadikan narasumber, baik bagi sekolah maupun peserta didik.

Oleh karena itu, diakhir tahun pelajaran 2016/2017 ini, dan menyongsong tahun pelajaran baru 2017/2018, diharapkan kemitraan strategis ini, sebagaimana yang disebut sebagai ‘Tri Sentra Pendidikan’ oleh Ki Hadjar Dewantara, harus menjadi perhatian yang serius bagi satuan pendidikan (sekolah), sehingga pendidikan yang berkualitas dan merata bagi semua lapisan dapat terwujud.

Sekolah harus mampu menjadi agen pembaharuan, membangun kemitraan yang sungguh-sungguh dengan orang tua, masyarakat serta semua stakeholder pendidikan.

Manajemen pengelolaansatuan pendidikan yang transparan,akuntabel dan profesional merupakan hal yang terpenting untuk diwujudkan.

[Dirangkum dari berbagai sumber]

To Top