Kaba Terkini

Dana Minim, Sarana Tidak Ada, Warga Latihan Tambua Dengan Kaleng Bekas

Lubuk Basung, KABA12.com — Dana minim, sarana tidak ada tidak jadi  penghalang kaum muda untuk berkreasi memajukan kesenian tradisional.

Bahkan, bakat dan minat yang tinggi, bisa nenghasilkan karya dsn kreasi seni tradisi  menarik dan unik.

Hal itu terlihat dari semangat luar biasa 9 bocah di dusun Taratak Indah, jorong  III, Nagari Garagahan, Kecamatan Lubuk basung,  Agam, walau tidak memiliki alat musik tambua tansa yang layak,  Toriq (5) bersama 8 orang temannya tetap bermain dan berlatih tambua tansa ,seni tradisional khas Minangkabau itu.

Berbekal  3  kaleng cat bekas ukuran 25 kg dan satu tansa pinjaman, 9 bocah tersebut asyik  berlatih tambua tansa setiap sore di daerah itu.

Walau agak  terdengar asing , karena setelan nada tambuanya ” agak tinggi” , akibat bahan baku tambua dari kaleng bekas cat, namun irama yang dimainkan pas dan menarik,  apalagi gaya para bocah peminat seni tradisi ini yang unik, membuat suasana di kampuang itu saat kaba12.com menyaksikan 9 bocah itu beraksi,  jadi meriah.

Waktu ditanyai kaba12.com, Toriq dengan nada tergagap-gagap, menjelaskan, ketertarikannya akan seni tradisional itu sangat tinggi.

Karena sering melihat masyarakat di jorong tetangganya latihan tambua tansa, semakin menarik minatnya untuk bisa bermain tambua tansa.

Apalagi Toriq, mengaku  penasaran karena di jorongnya tidak ada tambua tansa dan group yang berlatih, membuat dia berpikit sendiri mencari perangkat latihan.

Karena penasaran itulah dia bersama teman-temannya mencari ide untuk sarana bermain tambua.

“Awalnya iseng menirukan latihan tambua, kemudian saya mengajak Ragil dan teman-teman  lain untuk menabuh kaleng cat,  karena hanya ada 3 kaleng, kami bermain tambua  bergiliran,” ujarnya.

Kegiatan rutin setiap sore  para bocah kreatif itu tersebut mencuri perhatian warga sekitar. Dengan bantuan orang tua sekitar, kaleng bekas tersebut kemudian diberi tali agar mudah digunakan.

“Meskipun tidak memiliki guru pembimbing, anak-anak tersebut bisa menabuh tambua secara beraturan, mereka memainkan alat musik tambua tansa sambil tertaws girang,” ujar Novi Warman,  tokoh masyarakat dusun itu.

Novi berharap bakat terpendam para bocah itu bisa tersalurkan, karena mereka punya potensi yang harus dikembangkan.

“Kami berharap semangat para bocah tersebut mendapat dukungan dari pemerintah,” harapnya.

Potensi bermain tambua tansa para bocah luar biasa ini diakui belum terlihat oleh unsur terkait di Pemkab Agam dan pelaku seni, sehingga mimpi mereka mendapatkan peralatan tambua tansa yang layak masih jauh dari kenyataan.

(Johan)

To Top