Maninjau, kaba12.com — Komunitas Gerakan Cinto Nagari Maninjau (GCNM) melaunching penanaman tumbuhan umbi-umbian jenis Porang, di kawasan Monggong, Jorong Gasang Nagari Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Kamis (5/11).
Penanaman bibit tumbuhan dengan nama latin Amorphophahallus Muelleri ini merupakan kegiatan perdana yang dilakukan secara resmi di wilayah Kabupaten Agam.
Dalam kesempatan itu, turut dihadiri Kepala Dinas Pertanian Sumatera Barat diwakili Kepala UPTD Balai Benih Induk TPH Sumatera Barat Elviana Anwar, Ketua Petani Penggiat Porang Nasional (P3N) Sumatera Barat Dirmansyah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam Arief Restu, Camat Tanjung Raya diwakili Kasi Tata Pemerintahan Bayu Wiranata, Ketua GCNM Harmen Yasin, Walinagari Maninjau Alfian, tokoh masyarakat, dan tamu lainnya.

Ketua Gerakan Cinto Nagari Maninjau (GCNM) Harmen Yasin menyebutkan, kegiatan budidaya tanaman porang ini merupakan salah satu upaya untuk menggeliatkan perekonomian masyarakat di Nagari Maninjau. Dimana saat ini sebagian masyarakat Nagari Maninjau hanya fokus bekerja sebagai petani Keramba Jaring Apung (KJA).
Oleh karena itu, kata Harmen, dengan adanya launching budidaya penanaman porang ini dapat memotivasi mereka untuk menjadi petani porang. Sehingga menciptakan pekerjaan tambahan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di masa pandemi.
“Hingga kini anggota kelompok petani porang Nagari Maninjau berjumlah 50 orang. Sementara hari ini ada penambahan15 orang. Walau demikian, kita berharap jumlah anggota petani porang ini meningkat kedepannya, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, salah satunya di sektor ekonomi,” ujarnya.
Ia menyebutkan, adanya budidaya tanaman porang ini juga mendapat dukungan dari perantau Nagari Maninjau. Selain itu, pemerintah Provinsi dan Kabupaten akan membantu mengawal dan mengembangkan budidaya tanaman ini hingga proses pemasaran.
Ketua DPW Petani Penggiat Porang Nasional (P3N) Sumatera Barat, Dirmansyah mengatakan, tanaman porang ini bisa dipanen dalam waktu 2 tahun. Dimana dalam satu batang tanaman porang menghasilkan 3 kilogram umbi yang harga jualnya luar biasa di pasaran.
Disebutkannya, tanaman porang juga memiliki kandungan serat alami, yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti sayur. Selain itu, tanaman ini juga memiliki kandungan glukosa yang rendah dan karbohidrat tinggi sama dengan nasi dan ubi.

Akan tetapi, ulasnya, di dalam umbi porang ini juga mempunyai asam oksalat yang cukup tinggi. Sehingga jika dikonsumsi secara terus menerus maka akan dapat merusak ginjal manusia.
“Disamping bisa dikonsumsi, umbi porang merupakan salah satu bahan baku pembuatan kosmetik, tepung, cat, jeli, dan lainnya karena memiliki zat perekat alami. Jadi untuk pemasarannya bersifat unlimited, karena sangat dibutuhkan di berbagai macam industri di Nusantara bahkan secara Internasional,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala UPTD Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Holtikultura (BBI TPH) Sumatera Barat, Elviana Anwar menjelaskan, tanaman porang ini merupakan komoditi yang sedang booming di masa pandemi Covid-19. Karena tanaman ini tidak terkena dampak ekonomi walaupun pandemi masih melanda dunia.
“Saya yakin budidaya tanaman porang di Nagari Maninjau ini akan berhasil kedepannya dengan syarat tidak berhenti di tengah jalan. Namun kita berharap dalam budidaya ini Dinas Pertanian setempat harus memantau perkembangannya, sehingga dapat memberikan semangat bagi pembudidaya,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Arief Restu menambahkan, secara teknis tanaman porang memiliki agroklimat yang sangat cocok di Kecamatan Tanjung Raya. Karena dari segi ketinggian dan kesuburan tanah komoditi ini cocok di budidayakan di wilayah ini.
“Dari segi teknis kita optimis untuk mengembangkan tanaman ini. Namun persoalannya saat ini adalah bagaimana pengembangannya kedepan,” ujar Arief Restu.

Ia menyebutkan, dari informasi yang didapat dari P3N dan internet, bahwasanya tanaman porang ini sedang tren di daerah Pulau Jawa khususnya di Provinsi Jawa Timur. Dimana saat ini banyak petani yang sukses setelah membudidaya tanaman porang.
“Mungkin ini yang menjadi harapan petani kita kedepan. Akan tetapi untuk di Agam baru kali ini di launching kan. Nah, ini perlu kita kaji ulang dan lakukan secara bertahap karena masih banyak lagi komoditas unggulan yang lebih bagus. Kedepan, kita akan lihat bagaimana perkembangan dan pemasaran dari tanaman ini,” jelasnya.
(Bryan)
