Lawang, KABA12.com — Nagari Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, miliki beragam pesona keindahan alam dan budayanya.
Banyak keunikan yang dimiliki nagari sentral wisata itu,salah satunya penggilingan tebu tradisional menggunakan tenaga kerbau.
Ditengah pesatnya perkembangan teknologi, hingga saat ini, industri gula tebu yang menggunakan proses penggilingan tebu menggunakan tenaga kerbau masih bertahan.
Salah satunya industri rumahan Kilang Tebu Tradisional Ni Des, di jalan Panorama Puncak Lawang, Kecamatan Matur.
Menurut Asrul (57), pemilik penggilangan tebu tradisional, mengatakan, penggilangan tebu secara tradisional ini dilakukan sudah sejak lama, karena hasilnya lebih bagus dari pada menggunakan mesin, bahkan kini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Pernah dulu saya beralih menggunakan mesin dan tidak ada wisatawan yang berkunjung, berkat saran dari Dinas Pariwisata Agam, saya kembali menggunakan kerbau dengan cara ini saya cukup menjual gula merah di rumah saja,”ujar Asrul, Sabtu (08/09).
Dijelaskan, sebelum tebu diolah menjadi gula merah, air tebu tersebut harus diperas terlebih dahulu. Untuk itu digunakan tenaga kerbau untuk menggiling tebu sampai air tebu keluar.
Di pundak kerbau diletakkan sebuah kayu yang dihubungkan ke penggiling tebu. Mata kerbau sengaja ditutup menggunakan tempurung kelapa lalu diikat dengan kain, agar kerbau patuh dan terus berjalan berputar.
Saat kerbau berjalan, penggiling tebu juga ikut berputar. Di bawah penggiling tebu diletakan sebuah wadah untuk menampung air tebu, proses penggilingan tebu memakan waktu sekitar 3 jam. Kerbau hanya akan berhenti berputar saat makan atau buang air.
Air tebu yang terkumpul dimasak kurang lebih 2 jam hingga mengental, kemudian dicetak menggunakan cetakan kayu dan didiamkan hingga mengeras menjadi gula tebu. Gula tebu di sini dikenal dengan sebutan saka lawang.
Penggilangan tebu menggunakan tenaga kerbau ini, menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Seperti diungkap wisatawan asing dari Perancis, Simon yang mengaku mengagumi keragaman budaya dan cara hidup masyarakat Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Agam.
Disamping terus berkembangnya teknologi modern, masih ada warga menggunakan alat tradisional, seperti yang ditekuni Asrul.
“Kita sangat tertarik dengan penggunaan alat tradisional dalam kehidupan sehari-hari, seperti penggilingan tebu menggunakan tenaga kerbau. Disitu kita dapat membandingkan bagaimana produksi zaman sekarang dengan yang dulu,”ujarnya.
(Ardi)
