Kaba Pemko Bukittinggi

Pedagang Keberatan Lanjutan Penampungan di Belakang Pasar

Bukittinggi, KABA12.com — Persoalan lanjutan pembangunan penampungan untuk korban kebakaran Pasa Ateh, kembali menyeruak.

Tim negosiasi persatuan pedagang pertokoan pasar bertingkat (P4B) menyatukan suara untuk meminta pemko duduk bersama kembali dengan pedagang, membicarakan lanjutan penampungan.

Yulius Rustam, ketua tim negosiasi P4B menjelaskan, lima bulan pasca kebakaran, belum ada kepastian terkait penampungan yang akan diberikan kepada pedagang.
Musyawarah awal hanya merumuskan titik penampungan, yang disepakati di lokasi parkir depan mesjid raya dan pasar wisata.

“Untuk lanjutannya, belum ada kesepakatan lagi. Bahkan, terkait ukuran kios pun juga tidak ada kesepakatan. Ini yang kami sayangkan, seolah-olah pemko tidak menghiraukan apa kebutuhan kami,” ujarnya.

Lebih lanjut, Yulius Rustam mengungkapkan, pemko sudah mulai mengapungkan wacana lanjutan penampungan di belakang pasar, yakni di Jalan Kumango dan Jalan Saudagar. Wacana itu langsung ditolak oleh pedagang, karena mereka menginginkan lanjutannya dibangun di jalan Minangkabau dan jalan Ahmad Yani.

“Kami harap pemko jangan hanya berpikir sebatas pemidahan pedagang saja. Namun harus dipikirkan kelanjutannya. Wacana penambahan titik penampungan di jalan Kumango dan jalan Saudagar, dinilai sepihak dan ini jelas tidak diterima oleh pedagang,” lanjutnya.

Ditanya terkait alasan pedagang keberatan penampungan di Kumango dan Saudagar, Yulius Rustam menjawab, perdagangan bagi korban kebakaran merupakan pekerjaan utama, untuk menafkahi keluarga. Tentu butuh aktifitas jual beli, sementara di lokasi itu dinilai tidak layak dan tidak memiliki akses yang baik.

“Akses ke jalan Kumango dan jalan Saudagar tidak jelas dan diprediksi hal itu akan semakin mengurangi pendapatan pedagang. Sementara, pembangunan kembali pasar diperkirakan akan memakan waktu tiga tahun. Bagaimana nasib pedagang selama tiga tahun itu. Pengunjung akan terpusat di Jam Gadang, bukan di arah belakang pasar itu,” jelasnya.

Ditambahkan, pengunjung ke Bukittinggi untuk berwisata sambil belanja, bukan berbelanja menjadi tujuan utama. Jika dibangun di belakang pasar tentu tidak akan ada orang yang akan berkunjung. “Kami khawatir jika tetap dipertahankan, akan muncul masalah baru, seperti pedagang tidak mau dipindahkan dan perekonomian semakin menurun,” ujar Yulius.

Pedagang masih berharap, lanjutan penampungan sebanyak 263 kios lagi, dibangun di jalan Minangkabau dan jalan Ahmad Yani. Untuk itu, pedagang menginginkan, pemko dapat duduk bersama dengan pedagang untuk mencari solusi dengan menghadirkan forkopimda dan dilaksanakan di gedung DPRD.
“Kami ingin tahu alasan kenapa usulan ini (pembangunan di Jalan Minangkabau dan Ahamd Yani -red) ditolak. Alasan yang dimaksud alasan yang logis. Jika nantinya masih tidak ada musyawarah yang dimaksud, terpaksa kami akan ‘barangok kalua badan’, melapor ke provinsi hingga pusat,” ujarnya didampingi wakil ketua tim negosiasi, Asnul DT. Bagindo, sekretaris Januar Chan DT. Rajo Basa, bendahara H. Syahrul, penasehat Dt. Rajo Nan Sati.

(Ophik)

To Top