“Jangan dimakan arai pinang, Kalau tidak dengan sirih hijau, jangan datang ke Ranah Minang, Kalau tidak singgah ke Maninjau” Soekarno, Juni 1948
Agam, kaba12 — Sumatera Barat, menjadi salah satu Provinsi di Indonesia, yang dikenal dengan berbagai destinasi wisata, baik alam maupun buatan. Namun keindahan wisata alam, secara alami hadir di berbagai kabupaten kota di Sumbar, dan memiliki daya tarik tersendiri, bagi para wisatawan lokal dan wisatawan domestik.
Salah satu wisata alam yang menjadi ikon bagi Sumatera Barat sendiri, adalah Danau Maninjau. Danau yang terletak di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Danau ini berada sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, Ibukota Kabupaten Agam.
Danau yang memiliki luas 99,5 km2 ini, merupakan danau vulkanik yang berada pada ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Danau Maninjau merupakan sebuah kaldera dari letusan besar gunung api yang menghamburkan kurang lebih 220-250 km3 material piroklastik. Kaldera tersebut terbentuk karena letusan gunung api strato komposit yang berkembang di zona tektonik sistem Sesar Besar Sumatera, yang bernama Gunung Sitinjau.
Data secara ilmiah tersebut, sejalan dengan legenda menarik terbentuknya Danau Maninjau. Legenda ini dikenal sebagai ‘Bujang Sembilan’, menceritakan kisah 10 bersaudara kakak beradik yang terdiri dari 9 orang bujang dan seorang gadis.
Alkisah, sang gadis menjalin kasih dengan pemuda bernama Sigiran, tetapi kisah cinta berujung dengan munculnya fitnah dari kesembilan bujang. Para bujang ini menuduh hubungan yang terjadi antara keduanya telah melanggar norma agama dan adat istiadat.
Dengan tuduhan yang dilontarkan oleh kesembilan saudaranya, sang gadis beserta kekasihnya kemudian bersumpah. Keduanya akan melompat ke kawah Gunung Tinjau (Sitinjau) untuk membuktikan kesucian diri mereka.
Sebelum melompat, mereka berkata dengan lantang, jika mereka bersalah maka gunung tersebut tidak akan meletus, tetapi jika mereka berdua tidak bersalah maka gunung tersebut akan meletus. Kisah ini pun berakhir dengan meletusnya Gunung Sitinjau sehingga membuktikan keduanya tidak bersalah. Cerita inilah yang berkembang secara turun temurun di kalangan masyarakat setempat mengenai asal muasal dari Danau Maninjau.
Danau Maninjau, menjadi destinasi wisata komplit di Sumatera Barat. Pemadangan alam nan indah dari Danau, didukung dengan fasilitas lain, yang berada di sekitaran Danau. Seperti wisata kuliner palai rinuak, pensi, dan sejumlah makanan khas lainnya. Selain itu, Danau Maninjau menjadi sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di tepian danau pun pemerintah bersama masyarakat, membangun taman wisata muko-muko.
Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang yang juga menyediakan fasilitas outbond dan memanjakan mata para pengunjung, untuk menikmati keindahan danau.
Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau. Sehingga pemandangan alam danau maninjau pun dapat diabadikan dari sejumlah sisi, di sepanjang jalan yang selalu dijadikan rute wajib event internasional, Tour de Singkarak.
Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. ( M. Taufik Hidayat )
