Galetek

“Hujan Labek, Silek Takana“

catatan : Harmen

Ada “ kucikak bakawan-kawan” yang selalu mengundang kegelian dan tawa. Kucikak yang muncul mayoritas hanya tentang fenomena keseharian di lapangan yang terpicu hanya karena kealfaan bersikap, bertindak dan bersikap atau ketidakjelian dalam menganalisa dampak yang berpotensi muncul jika terjadi sesuatu.

“ Kucikak saat bagalak-galak” bersama itu, yang paling dominan justru disaat ada yang mengkritik tentang ketidakmaksimalkan program atau kegiatan yang menyentuh hajat hidup orang banyak, yang ternyata memberi dampak.

“ Cakak sudah, silek takana” menjadi satu pameo yang jadi kucikak bagarah-garah sesama gadang yang terkadang menjadi bahan perdebatan yang selalu tidak berujung,karena apa yang terdebatkan pun, tak tak jelas ujung pangkal. Apalagi jika, cukikak di lapau yang selalu ada “pemegang mikrofon” yang merasa selalu benar dan selalu harus benar. Padahal apa yang diargumentasikan jauh dari topic bahasan yang sesungguhnya. Namanya saja kucikak.

Kalau dampak positif, tentu tidak akan ada harapan untuk disandung, diakui apalagi dipuja-puji. Dalihnya, apa yang sudah dilakukan, merupakan bentuk tanggungjawab yang harus dijalankan demi orang banyak.

Salah satunya “kucikak bagarah-garah” yang kini menjadi salah satu topic bahasan, disaat musim penghujan di Lubukbasung.

“ Hujan Labek, Silek Takana”, itu pameo yang muncul,. Tanpa bermaksud berasumsi lain-lain, tapi fakta di lapangan, terkadang ada benarnya.

Apalagi dalam kondisi kekinian di kabupaten Agam, disaat dibentuk tim siaga darurat bencana alam, sebagai garda terdepan dalam penanganan pasca bencana banjir, tandah longsor dan atau dampak lain yang terpicu akibat cuaca ekstrem saat ini.

Nah, di Lubukbasung, disaat hujan lebat yang kini intensitasnya cukup tinggi, bahkan cenderung menguatirkan karena kerap memicu bencana di berbagai sudut. Entah memang terlupa, atau memang memang sedang direncanakan oleh para pemangkuk kebijakan di daerah ini.

Salah satu kawasan terdampak banjir, jika hujan lebat adalah “kawasan sentral” perkantoran, depan kantor bupati, gedung DPRD, depan Makopolres Agam, depan Bank Nagari dan banyak titik lain, yang senantiasa terendam banjir, jika hujan lebat menerjang.

Bahkan, sepanjang aliran sungai kecil di wilayah Padang Baru, Lubukbasung, mulai dari Balai Akaek sampai ke Pulai, yang aliran bandarnya sudah bersih, rapi bahkan banyak yang sebelumnya berharap, perbaikan saluran irigasi ini, tidak lagi jadi penyebab banjir.

Tapi faktanya saat hujan lebat, debit air naik, tumpahan air dari berbagai aliran bandar kecil menyatu di saluran sungai kecil itu tadi. Dampaknya, debit air melonjak tajam, sementara saluran drainase perkotaan tak berfungsi.

Bahkan disaat banjir merendam kota ini, saluran drainase yang ada, bahkan sudah sejak lama dibangun, justru kering, tak menikmati tumpahan air sama sekali. Entah apa memang pas pameo “hujan labek, silek takana” entah tidak. Tapi setidaknya ini PR super prioritas bagi Pemkab Agam setidaknya untuk mengantisipasi ikan tidak ikut berenang di aspal jalan. Semoga. (*)

To Top