Kaba Terkini

Tingkatkan Kualitas KPS, KPHL Agam Raya Gelar Sekolah Lapang Budidaya Lebah Madu Galo-Galo

Bukittinggi, KABA12.com — Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Agam Raya mengadakan pembinaan dalam bentuk sekolah lapang pengembangan budidaya lebah madu galo-galo kepada sejumlah kelompok perhutanan sosial (KPS), Senin (21/11). Kegiatan tersebut dibuka oleh Kepala KPHL Agam Raya di Hotel Dymens Bukittinggi.

Ketua Panitia, Yon Fredi mengatakan, pelaksanaan sekolah lapang kali ini merupakan upaya Dinas Kehutanan Sumatera Barat melalui UPTD KPHL Agam Raya dalam meningkatkan kualitas dan pengetahuan kelompok perhutanan sosial pada bidang kewirausahaan budidaya lebah madu tanpa sengat.

Ia menyebut, peserta sekolah lapang ini berjumlah sebanyak 32 orang yang terdiri dari 8 kelompok perhutanan sosial yang ada di Kabupaten Agam.

“Ada 8 kelompok yang mengikuti pembinaan pengembangan budidaya lebah madu, yaitu KTH KSB Manggopoh, KTH Maju Bersama, HKm Kampung Melayu Saiyo, LPHN Tigo Koto Silungkang, LPHN Koto Kaciak, LPHN Simarasok, LPHN Padang Tarok, dan LPHN Pasia Laweh,” katanya.

Lebih lanjut disebutkan, kegiatan sekolah lapang bagi kelompok perhutanan sosial ini dilaksanakan selama dua hari di dua tempat yakni di Hotel Dymens Bukittinggi dan kegiatan lapangan di Bee Farm, Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso. Sementara narasumber kegiatan berasal dari Dinas Kehutanan Sumbar, KPHL Agam Raya, Bidang Koperasi Dinas Perindagkop-UKM Agam, pendamping kehutanan, dan dosen fakultas peternakan Universitas Andalas.

“Kami berharap para peserta dapat mengikuti pelatihan ini secara optimal sehingga ilmu pengetahuan yang didapat bisa diserap semaksimal mungkin dan bisa menerapkan di nagari masing-masing,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala KPHL Agam Raya, Cucu Sukarna menyebut, pemanfaatan jasa lingkungan hutan saat ini belum terkelola secara maksimal, karena pemanfaatannya masih didominasi oleh hasil kayu, sehingga belum banyak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

“Secara umum pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) memiliki potensi yang lebih besar di Agam ini. Misalnya pemanfaatan kopi, madu, dan gula aren yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi,” ungkapnya.

Selain itu, kawasan hutan juga memiliki potensi jasa lingkungan di bidang wisata alam. Dimana pemanfaatannya mempunyai nilai yang sangat baik dari segi masyarakat dan perekonomian.

Cucu mengakui, pasca pandemi Covid-19, sektor pariwisata di Sumatera Barat mulai menggeliat. Hal itu dibuktikan dengan tingginya antusias wisatawan mengunjungi sejumlah tempat wisata

“Pasca pandemi, kunjungan wisatawan ke Sumbar meningkat. Oleh karena itu, kedepan kita akan ikut berpartisipasi mengembangkan wisata alam khususnya di Agam, karena memiliki potensi yang sangat baik untuk dikelola,” katanya.

Disamping itu, melalui sekolah lapang ini pihaknya berharap agar para peserta mendapat ilmu dan pemahaman dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu galo-galo berbasis masyarakat.

“Diharapkan kepada peserta untuk menggali lebih jauh dalam mengelola budidaya lebah madu galo-galo. Sehingga kegiatan ini menjadi pintu masuk dalam pengembangan potensi hasil hutan bukan kayu,” jelasnya.

(Bryan)

To Top