Kaba Terkini

Kopi Sahur 19042022, “ Kok Tak Viral “

Catatan : Harmen

Sebagai bagian dari komunitas warga di daerah ini, keheranan penulis kian hari justru semakin menumpuk melihat hal-hal yang mestinya bisa “kemas” dengan sendirinya dengan proses dan mekanisme yang ada.

Bahkan, hal-hal yang mestinya tak lagi harus diperdebatkan yang muaranya berujung ungkapan prihatin akan apa yang tersajikan.

Padahal sesungguhnya, hal-hal yang mestinya bisa tuntas, bahkan hal-hal kecil bisa menjadi hal yang “ luar biasanya “ dengan kemasan bahkan sedikit polesan kata demi kata yang diperkuat dengan bukti fakta foto dan video.

Sangat disayangkan, ditengah sesumbar jumawa yang bahkan sukses “menghabisi” para praktisi bahkan pemain kata-kata dan opini, tapi faktanya para “kelompok” pemberangus juga tidak lebih baik dari apa yang sesungguhnya diharapkan banyak orang, warga daerah ini, termasuk penulis selaku bagian dari komunitas negeri ini, yang sesungguhnya mendamba kebanggaan akan keluarbiasaan pemimpinnya.

Satu contoh kecil dan terkini, adalah moment luar biasa yang biasa menjadi “santapan lezat” awak media adalah saat pemimpin daerah ini, ikhlas duduk di lantai tanah, beralas tikar berbaur di rumah sangat sederhana, makan sahur bersama, bahkan memeluk anak kecil yang sangat kentara tersulut bangga dipeluk petinggi daerah ini.

Dan moment-moment seperti ini, sudah sangat banyak yang lepas. Terbuang sisa-sisa. Bukan untuk sekedar menjadi panggung tentang sosok pemimpin yang sekedar sederhana, bukan pencitraan, bukan hal-hal lain yang berbau politik, namun gambaran ketulusan dan keikhlasan akan dengan jelas terekam kamera dan fakta lapangan.

Alangkah meruginya, moment luar biasa yang dari kacamata penulis selaku praktisi media, hal-hal luar biasa seperti ini luas dari intaian awak media. Sempena saat sang pemimpin direkam kamera ponsel saat membeli gorengan bisa viral, kenapa hal luar biasa seperti bisa luput, bahkan tak mendapat tempat dari perdebatan opini banyak orang.

Prihatin tentu saja. Namun, penyebab hal ini tentu harus dirunut apa dan mengapa hal ini bisa terjadi. Kita berserah pada para pengamat yang serba bisa berkomentar, sok tahu akan masalah, bahkan sok “ngatur “ apa yang harus dilakukan.

Dan mestinya, yang bagi penulis apa yang kini terpapar nyata, bahkan hal-hal yang luar biasa justru tak bisa menjadi warta yang luar biasa adalah sebuah derita yang mestinya tak harus dipelihara lama.

Sudah harus ada hal-hal luar biasa juga (ekstra ordinary) yang secara akbar mesti dilakukan, mengingat daerah ini dikenal sebagai sentral segela terobosan, sentral segala hal-hal yang berbau kekinian.

Entah memang, hal ini sengaja dipelihara untuk tujuan lain. Untuk sesuatu yang notabone takkan bermuara pada hal-hal yang bermuatan luar biasa. Entah memang, kondisi kekinian daerah ini, begitulah adanya, sibuk dengan hal-hal yang tak penting, sedang tanggungjawab utama terabaikan.  Entahlah, kalau memang itu adanya.-(*).-

To Top