Kaba Terkini

Kopi Sahur 05042022, “ Save Pak Haji “

Catatan : Harmen

Tahun lalu, penulis senyum-senyum sendiri saat banyak kawan yang penulis senyum para pemain dan pengguwa di media sosial di daerah ini, banyak merilis dan membuat tagline “ #save pak haji”.

Semula, penulis sendiri bingung, kawan-kawan ini (para penggiat media sosial) menulis untuk menjaga siapa?, mengawal siapa ?…karena sebetulnya banyak (pak haji) yang mesti dikawal, dibantu bahkan mungkin diawasi bersama agar (pak haji) bisa lebih tegar, lebih maksimal atau mungkin lebih aman dalam melaksanakan hari-harinya (pak haji).

Dan akhirnya  seorang kawan menjelaskan pada penulis sosok yang disebut-sebut pak haji itu. Sambil berseloroh, penulis mempertanyakan ada dasar apa tagline #save pak haji itu diapungkan, apakah sudah pada waktunya hal-hal seperti itu diapungkan, dan apakah sudah sangat menguatirkan kondisi dan posisi pak haji, sehingga kawan-kawan penggiat media sosial justru kuatir dan membangun peduli untuk pak haji.

Alangkah luarbiasanya kawan-kawan penulis itu. Seakan “alah takilek, lah takalam” akan apa yang akan terjadi kedepan. Kekuatiran yang berawal dari kepedulian akan sosok pak haji yang mereka cinta, yang mereka sayang, agar tidak hanyut dari polah dan nini bobok bertajuk asal bapak senang dalam keseharian amanah yang dijalankan.

Tapi, pertanyaan penulis juga tak bisa dijawab oleh kawan-kawan itu sendiri. Apakah pak haji yang mereka kuatirkan, yang mereka pedulikan dan mereka sayangi agar tidak larut bahkan hanyut dari segala ikhtiar tak benar itu paham, bahkan memaknai kepedulian dan perhatian dari para penggiat media sosial itu.

Dan itu, hingga setahun berlalu, pertanyaan penulis justru tak pernah mendapat jawaban, karena seakan air mengalir, semua seakan tak menentu. Pak Haji yang di “savety” pun dimata kawan-kawan yang sebelumnya peduli, justru seakan meluputkan diri dari segala perhatian yang mereka apungkan di media sosial sekalipun.

Tapi, dari diskusi penulis dengan beberapa kawan, disela “ngopi menjelang sahur”, perhatian dan kepedulian mereka pada Pak Haji, tak pernah pupus, ada harap yang mereka impian bahwa daerah ini, akan lebih maju, akan lebih luar biasa bahkan akan lebih berkembang bisa terealisasi ditangan Pak Haji.

Karena, mereka (para kawan penggiat di media sosial itu) berasumsi, bahwa kabupaten Agam dengan segala pernik dan dinamika yang ada, dengan skala naik turunnya kualitas kerja bahkan prestasi, tetap akan menjadi catatan sendiri dalam sejarah daerah ini.

Kalaupun mereka ( para kawan penggiat media sosial itu) paham, bahwa kekinian kondisi justru jauh berbeda dibanding dulu. Matahari yang mestinya bersinar terang, seterik cuaca saat ini, kini justru dicoba dibungkus oleh pelangi lain yang mencoba menjadi matahari lain, yang diyakini takkan mampu memberi penyinar yang sesungguhnya. Entahlah, karena semua masih menanti.-(*).

To Top