Kaba Terkini

Keadaan Umat Terdahulu

Oleh: Rahman Buya

Dalam Al-Qur’an sangat banyak dikisahkan berbagai berumpamaan, dan perilaku serta kondisi sosial umat-umat terdahulu, dalam kurun waktu tertentu. Masing-masing umat dikalangan mereka telah diutus seorang Nabi dan Rasul yang membawa risalah, mengajak umat berperilaku baik, menjauhi perilaku engkar, menghambakan diri kepada Sang Khaliq dengan penuh kerendahan hati dan syukur yang mendalam. Namun diantara mereka ada yang menerima dan juga banyak yang mendustakannya.

Dalam Surat Al-A’raf (7) ayat: 95 dan 95 Allah SWT menjelaskan:
“Kami tidaklah mengutus sesorang Nabi pun kepada suatu kota (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. (QS. Al-A’raf (7): ayat 94). Kemudian kami ganti kerusakan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta benda mereka bertambah banyak, dan mereka berkata,”Sesungguhnya nenek moyang kami pun merasai penderitaan dan kesenangan, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya” (QS, Al-A’Raf (7): ayat 95)

Menurut para mufassirin, ayat ini memberitakan, bagaiman kondisi masyarakat suatu kota. Disebutkan dalam ayat tersebut dengan istilah “al-qaryah” yang berarti ‘kota tempat tinggal para pemuka dan pemimpin umat (kota besar)’. Selanjutnya dijelaskan, bahwa apabila Allah SWT telah mengutus seorang Nabi pada masyarakat dan pemuka kota itu, dan ternyata mereka mendustakannya, maka Allah turunkan atas mereka bermacam-macam kesengsaraan dan bencana “al-ba’saa”, yakni “Akhaza bil ba’si wad Dharraa” (menghukum mereka dengan kesengsaraan dan bahaya); sebagai persiapan dan arahan (memperingatkan), supaya mereka mau tunduk dan ikhlas berdoa kepada Kami agar semua itu dihilangkan.

Dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi dijelaskan, memang orang mukmin sendiri kadang-kadang sering disibukkan oleh kemewahan hidup, sehingga lupa dan tak merasa memerlukan Tuhan lagi, akan tetapi dengan adanya ‘al-ba’saa (kesengsaraan dan kesulitan) seperti kemarau panjang dan kefakiran yang hebat, maka mereka segera ingat kembali kepada-Nya.

Begitupun orang-orang yang khufur terhadap nikmat, akan segera tahu betapa mahalnya sebuah kenikmatan yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya ketika nikmat itu telah tiada. Bahkan dalam tafsiran ayat 95 Surat Al-A’raf ini dikatakan “ kemudian cobaan dan ujian yang telah kami berikan kepada mereka, Kami ganti dengan kemakmuran dan kesenangan hidup, “hatta ‘afau”(sehingga populasi mereka bertambah banyak dan berkembang), namun mereka engkar, maka Kami menghukum mereka dengan azab secara tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadari apa yang bakal terjadi menimpa mereka.

Jadi melalui ayat ini Allah SWT menceritakan keadaan umat terdahulu dengan nabi mereka masing-masing dan dijelaskan pelajaran serta nasehat, bahwa kesudahan yang baik senantiasa bagi orang-orang yang bertaqwa, sedangkan bencana senantiasa ditimpakan atas orang-orang yang durjana. Dan Allah SWT menunjukkan sunnah-Nya pada umat-umat yang mendustakan rasul-rasul Allah yang diutus kepada mereka, bahwa Allah menurunkan atas mereka kesengsaraan, penghidupan yang sulit dan nasib yang buruk di dunia, supaya mereka tunduk kepada Tuhan dan bertaubat kepada-Nya dengan cara menghentikan kekafiran dan berhenti dari mendustakan para nabi mereka.

To Top