Maninjau , KABA12.com — Sejalan dengan tema air dan limbah, pada peringatan Hari Air Sedunia XXV tahun 2017 yang diperingati di Muko-Muko, Kecamatan Tanjung Mutiara, Rabu (22/03), Kabupaten Agam saat ini sedang menghadapi masalah sumber daya air, yaitu memburuknya kualitas dan kawasan daerah tangkapan air danau Maninjau.
Danau Maninjau dahulunya merupakan danau kelima terindah di dunia, yang menjadi destinasi wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Sejak zaman purbakala, danau ini memiliki peranan penting dan vital bagi kehidupan masyarakat Kabupaten Agam.
Tepian danau Maninjau yang merupakan tanah kelahiran beberapa tokoh inspirator seperti Buya Hamka, Muhammad Nasir, Syafruddin Prawiranegara hingga novelis terkenal, Ahmad Fuadi.
Indra Catri, menjelaskan, saat ini danau Maninjau telah rusak akibat dominasi pembangunan sektor ekonomi mengakibatkan danau berada pada level eurotropik, dan tinggal satu level lagi menuju danau mati.
“Betapa teganya kita jika mewariskan danau yang dulunya diwariskan oleh nenek moyang berupa danau dengan sejuta pesona dan keindahan kepada penerus kita. Sekarang kita sadar bahwa beban berat berada di pundak kita,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam tahun 2016, jumlah KJA di danau Maninjau saat ini berjumlah 17.226 petak KJA yang jauh melebihi daya tampng danau.
Aktivitas perikanan keramba merupakan penyumbang terbesar beban pencemaran di danau Maninjau, yaitu mencapai 95 persen dari total beban pencemaran.
“Kita akan mengurangi KJA hingga batas idealnya, yakni sampai 6.000 KJA, tapi kita akan melakukan itu secara bertahap. Dan untuk mengurangi dampak sedimen kita harus mengendalikan faktor penghasil sendimen itu,” tegas Indra Catri.
Ditambahkan, gerakan Save Maninjau merupakan program prioritas Pemkab. Agam saat ini.
Langkah ini diambil sebgai salah satu upaya penyelamatan danau Maninjau. Ini merupakan bentuk nyata dari tanggungjawab pemerintah untuk generasi selanjutnya.
“Kita telah menyiapkan skrenario penyelamatan danau Maninjau yang tertuang dalam 10 agenda utama yang akan kita laksanakan secera berkelanjutan.
Namun masih ada hambatan dan tantangan yang dihadapi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program penyelamatan danau Maninjau,” ujarnya.
Indra Catri berharap, dengan pembahasan dan diskusi pemulihan danau Maninjau dalam rangka Implementasi GN-KPA yang berlangsung pada peringatan Hari Air Sedunia XXV 2017, permasalahan danau Maninjau dapat cepat terselesaikan.
“Semoga dengan kebersamaan dan gabungan seluruh unsur yang terkait, permasalahan selama ini bisa kita selesaikan, walaupun itu secara bertahap. Tanpa dukungan kita bersama, masalah ini tidak akan selesai,” ujarnya.
(Ardi)