Bukittinggi, KABA12.com — Koperasi saat ini menjadi salah satu pendukung perekonomian warga. Bukittinggi sendiri sudah memiliki banyak koperasi, bahkan mendapat perhatian penuh dari pemerintah daerah.
Salah satunya bukti dari perhatian tersebut tersirat saat dekranasda kota Bukittinggi mengunjungi koperasi Lumbung Pusako Ambun Suri di jembatan besi dan koperasi industri kerajinan rakyat (Kopinkra) Pusako Minang di kawasan Pasar Banto, Selasa (09/01).
Ketua Kopinkra Pusako Minang, Novita menjelaskan, kopinkra yang berdiri bulan April 2011 ini merupakan koperasi simpan pinjam dan penyediaan bahan baku serta bergerak dibidang bordir dan sulaman. Kini Kopinkra Pusako Minang beranggotakan 80 orang.
“Untuk simpan pinjam di tahun 2017 sebanyak 12 orang dengan total jumlah pinjaman sebanyak Rp 208 juta. Sedangkan bahan baku peredaran uangnya dari Rp100 juta kini meningkat menjadi Rp148 juta,” jelasnya.
Novita mengaku modal awal Kopinkra dibantu pemerintah kota Bukittinggi dan juga dari Kementrian Koperasi RI. Kedepannya kopinkra berharap memiliki ruang pamer sendiri untuk memasarkan hasil produk anggota dan juga dapat menerima tamu seandainya mengunjungi kopinkra Pusako Minang.
Sementara itu, Ketua dekranasda Bukittinggi, Ny.Yesi Endriani Ramlan berharap koperasi-koperasi yang ada di kota Bukittinggi berkembang dengan baik untuk memperhatikan masyarakat. Sehingga kesejahteraan masyarakat kota Bukittinggi bisa terwujud, bersinergi dengan misi visi pemerintah daerah kota Bukittinggi.
“Kami sengaja mengunjungi pengrajin-pengrajin kita yang ada di kota Bukittinggi, tentunya pengrajin itu telah mendirikan koperasi yang gunanya bagaimana anggota mereka bisa melakukan kegiatan. Terutama di Kopinkra ini yang banyak bordir kerancang. Kita harapkan Kopinkra bisa lebih berkembang. Para pembinanya harus terus lakukan pendampingan kepada pengurus koperasi,” ujar istri Walikota itu.
Saat ini Kopinkra tidak hanya melayani simpan pinjam saja. Tetapi sudah berkembang sebagai tempat menjual bahan baku yang dibutuhkan anggota. Bahkan bahan baku itu juga diminati pengrajin dari luar daerah, seperti dari Sawahlunto yang membutuhkan benang untuk tenun, pengrajin dari Payakumbuh yang membuat tenun dan bordir, serta dari seputaran Kabupaten Agam dan beberap daerah lainnya.
(Ophik)
