Warga Lubukbasung desak pemerintah untuk segera merealisasikan rencana pembangunan ruas jalan dua jalur yang direncanakan mulai kembali digarap tahun ini.
Ruas jalan dua jalur ruas Simpang Gudang Manggopoh-Padang Lua tersebut, sudah sejak lama menjadi impian masyarakat pasalnya keberadaan ruas jalan yang memadai itu, karena bisa menjawab beragam aspek yang selama ini menjadi masalah di Lubukbasung.
Harapan itu disebutkan Nasrial Dt.Asa Labiah, tokoh ninik mamak Lubukbasung yang sejak lama mendambakan ruas jalan dua jalur bisa segera terealisasi di wilayah Lubukbasung, setelah tersendak akibat masih adanya persoalan pembebasan lahan di beberapa tempat.
Disebutkan N.Dt.Asa Labiah, secara spesifik, banyak keuntungan dan dampak positif yang akan dinikmati masyarakat seiring dengan semakin majunya kota Lubukbasung saat ini, dengan dibangunnya jalan dua jalur tersebut.

Dijelaskan, banyak dampak positif yang akan dinikmati masyarakat dengan hadirnya jalan dua jalur itu, baik untuk memudahkan arus transportasi dan memberi rasa jalan bagi anak kemenakan serta masyarakat yang memanfaatkan ruas jalan, “ jika ruas jalan lebar, potensi kecelakaan dan kerawanan lalulintas secara otomatis akan berkurang, masyarakat bisa akan nyaman, “ ulasnya.
Disisi lain, keberadaan pembangunan ruas jalan dua jalur itu, sepenuhnya akan berdampak terhadap upaya penanganan banjir yang selama ini jadi keluhan masyarakat, karena dengan dibangunnya ruas jalan tersebut, secara otomatis akan dilengkapi dengan saluran drainase yang baik dan memadai, “ tidak akan ada lagi banjir, jika jalan dua jalur, karena saluran pembuangan air sudah memadai, “ulasnya.
Bahkan, ninik mamak dan pengurus KAN Lubukbasung itu, meyakinkan, keberadaan jalan dua jalur itu, justru akan menjadi penjawab pengembangan dan penataan kota Lubukbasung karena seluruh hal berkaitan dengan jalan utama, “ jika jalan dua jalur sudah terbangun, sosok Lubukbasung semakin maju, “ ulasnya.
Secara khusus, pihaknya bersama anak kemanakan menyatakan dukungan akan program Pemkab Agam, jika dalam waktu dekat, pembangunan jalan dua jalur itu direalisasikan, dibuktikan mayoritas warga, pemilik bangunan dan lahan ruas Simpang BK-Bandar Baru, sudah menyatakan kesiapannya menyerahkan tanah dan bangunan yang terdampak pembangunan jalan dua jalur itu.
N.Dt.Asa Labiah juga berharap, hal yang sama juga dilakukan oleh seluruh masyarakat, khususnya di sepanjang ruas jalan Simpang Gudang-Padang Lua, karena pemerintah propinsi Sumbar, justru tidak akan membangun ruas jalan itu, jika pembebasan lahan tidak tuntas seluruhnya, “ kami berharap, kita semua berperan aktif, “ sebut N.Dt.Asa Labih lagi.
HARMEN
Ninik Mamak Respon Komitmen Bupati Agam
Jalan Dua Jalur Jadi Ikon
Kalangan ninik mamak dan tokoh masyarakat Lubukbasung respon komitmen Pemkab Agam untuk merealisasikan berbagai program pembangunan pisik di pusat pemerintahan kabupaten Agam di Lubukbasung.
Saat ini, sudah terbangun berbagai sarana perkantoran yang langsung merubah sosok kota Lubukbasung menjadi lebih maju dan berkembang. Bahkan kini, berbagai fasililitas sudah dinikmati masyarakat dengan baik.
Menurut Iswandi Dt.Mangkuto Nagari, tokoh ninik mamak nagari Lubukbasung, yang mengaku salut akan kemajuan yang dilakukan pemerintah saat ini di ibukota kabupaten Agam di Lubukbasung, “ kami bangga, “ ungkapnya.

Namun, secara khusus Iswandi Dt.Mangkuto Nagari berharap, impian sejak lama masyarakat menjadikan ruas jalan utama kota di sepanjang jalan Gajah Mada-sampai ke Simpang Gudang Manggopoh dan ke Siguhung, bisa segera direalisasikan jalan dua jalur.
“ Kami memberi dukungan, kalau ada yang ‘ ditimpak kami-kami”, akan dibantu proses pendekatan pembebasan lahannya, jalur jalan dua jalur itu sudah menjadi kebutuhan mendesak, “ sebutnya.
Bahkan, selaku tokoh ninik mamak, pihaknya akan menindaklanjuti hal itu di lapangan, untuk memberi pengertian dan menyampaikan harapan pada masyarakat terkait dengan ruas jalan dua jalur itu. HARMEN
Para Pelaku Sejarah Minta Seluruh Warga Mendukung
Para pelaku sejarah kepindahan ibukota kabupaten Agam ke Lubukbasung berharap, seluruh elemen masyarakat memberi dukungan pada pemerintah dalam merealisasikan rencana penuntasan jalan dua jalur ruas Simpang Gudang – Manggopoh-Siguhung-Padang Lua yang hingga kini masih belum tuntas.
Hal itu mesti menjadi bagian dari perjuangan bersama, karena keberadaan jalan dua jalur di wilayah utama kota Lubukbasung sangat berpengaruh terhadap sosok kota, tidak hanya untuk kenyamanan berkendara, keamanan, antisipasi banjir dan hal-hal lain yang seluruhnya positif untuk masyarakat.

Hal itu disebutkan Syamsuar Dt.Batu Basa, Hj.Erma Salim, dan Hj,Zalidar, tiga pelaku sejarah kepindahan ibukota kabupaten Agam ke Lubukbasung yang mengaku tercengang-cengang dengan kemajuan kota Lubukbasung saat ini.
Diharapkan, beberapa hal yang selama ini menjadi bengkalai, para tokoh masyarakat turun tangan bersama, membantu penyelesaian masalah pembebasan lahan, memberi pengertian serta ikut mendorong terlaksananya kegiatan pembangunan itu dalam waktu dekat.
“ Kami berharap, hal itu bisa segera direalisasikan, karena semua untuk kemajuan kota Lubukbasung dan untuk masyarakat semata, “ sebut H.Syamsuar Dt.Batu Basa.-HARMEN.-
Jalan Dua Jalur (1)
“ Nah…Lah Tibo….”
Catatan : Harmen
“ Nah..kita sudah sampai di Lubukbasung “. Itu pameo yang ‘sedikit’ menyakitkan, jika saya naik kendaraan bersama kawan-kawan saat lepas dari jalur mulus di Simpang Gudang, Manggopoh, memasuki ruas jalan kecil kearah Timur menuju pusat kota Lubukbasung.
Tak berlebihan sebetulnya. Namun ada “sesuatu” yang menyesak di dada, karena pameo itu seakan berulang dan memberi kepedihan tersendiri akan fakta yang sesungguhnya bisa diselesaikan bersama, karena sebetulnya banyak solusi yang bisa diraih untuk suatu masalah.
Adalah ruas jalan jalur Simpang Gudang-Padang yang merenteti banyak kecamatan di kabupaten Agam yang sejak beberapa tahun terakhir menjadi wacana jalan dua jalur. Sudah terbayang, sosok gagah,jalan mulus dengan kontruksi mengesankan menjadi media pelintasi beragam jenis kendaraan, jika ruas jalan yang menjadi dambaan itu terwujud.

Jalan dua jalur khususnya di wilayah Lubukbasung, mulai dari jalur masuk Simpang Gudang arah ke Timur melewati wilayah nagari Manggopoh-Kampuang Tangah-Lubukbasung sampai ke batas Lubukbasung- Tanjung Raya yang hingga masih terlunta-lunta karena ada beberapa titik yang proses pembebasan lahannya belum final.
Menilik pernyataan Sekretaris Daerah Kabupaten Agam H.Martiawanto Dt.Maruhun, ada beberapa titik lagi di Manggopoh dan Kampuang Tangah yang proses pembebasan lahannya belum final.
Belum tuntasnya pembebasan lahan itu, berdampak luas bagi proses pengerjaan mega proyek jalan dua jalur Simpang Gudang-Padang Lua yang sangat didambakan banyak pihak, karena pemerintah pusat dan propinsi, justru tidak ingin beresiko, karena kegiatan yang memanfaatkan dana APBN dan APBD propinsi Sumbar tersekat karena pembebasan lahan belum tuntas. Itu bentuk salah satu dilematika “penghukum” niat kemajuan yang digadang-gadang sudah menjadi ikrar bersama semua lini.
Masalah jalan dua jalur ini kembali menghangat di ranah publik dalam beberapa hari terakhir, seiring peringatan 26 kepindahan ibukota kabupaten Agam ke Lubukbasung dan mencuatnya banyak tuntutan pada bupati Agam Indra Catri, karena ditengah semakin “moleknya” kota Lubukbasung dengan ragam kemajuan yang seakan berlari dalam perobahan kekinian, sosok jalan dua jalur yang diyakini sebagai salah satu wujud kota yang sesungguhnya.
Entah ini dosa siapa. Penulis pun tak mengerti. Hanya saja, persoalan pembebasan lahan, mestinya menjadi bahan pembahasan bersama yang proses penyelesaian juga harus dipersamakan. Banyak tokoh-tokoh penting yang mestinya harus turun tangan, membantu pemerintah, saat pemerintah kewalahan menyelesaikannya.
Karena, banyak solusi yang bisa dicarikan jika semua pihak ikut berperan, jangan biarkan pemerintah kewalahan sendiri. Bahkan, masalah “dikeroyok” hanya dengan beropini tanpa peduli bahkan mau mendalami apa sesungguhnya akar persoalan yang terjadi.
Penulis sangat yakin, sebagai bagian dari masyarakat di Lubukbasung, semua harapan ‘kita’ sama, ingin Lubukbasung sebagai pusat pemerintahan kabupaten Agam yang disangga berbagai nagari di sekelilingnya, maju, berkembang dan hadir sebagai sosok ibukota yang representative dan luar biasa dalam berbagai aspek, termasuk dalam sarana lain.
Setidaknya, bersepakat kita, untuk menghapus pupus pameo,” nah…wak lah tibo “, saat kita berkendara, masuk di jalur Simpang Gudang, Manggopoh arah ke Timur , mobil yang kita tumpangi, atau sepeda motor yang dikendarai, tidak lagi “badaram-daram” dan harus berakselerasi menghindari jalan yang berlobang agar tidak terjerambab atau kepada ngilu karena terantuk atap mobil.- (Bersambung ke-II : Jalan Dua Jalur Redam Ragam Ancaman)
Kurenah
Jalan Dua Jalur (2)
“ Redam Ragam Ancaman “
Catatan : Harmen
Sebetulnya tidak perlu dijadikan mimpi soal realisasi jalan dua jalur ruas Simpang Gudang-Padang Lua yang kini tersekat di beberapa titik karena masih terkendalanya proses pembebasan tanah.
Karena sebelumnya, apa yang terpatri di depan mata saat ini, khususnya keberadaan jalan yang “mumpuni” dan dinyatakan layak menampung semakin tingginya jumlah kendaraan dengan ragam tonase di wilayah Lubukbasung.
Apalagi, keberadaan ruas jalan yang memadai, bahkan apalagi sebagian di kawasan Lubukbasung sosok jalan dua jalur sudah cukup lama berhasil dibangun, terutama dari ruas Pasar Balai Salasa- Pasar Lamo Lubukbasung yang nyata-nyata mencirikan sebuah kemajuan. Dan ini yang sebetulnya harus dijawab bersama.
Apalagi, keberadaan ruas jalan yang memadai, dibanding jumlah kendaraan yang semakin banyak melewati wilayah Lubukbasung, termasuk keluhan sering terjadinya banjir, karena drainase tidak memadai, intensitas kecelakaan lalulintas yang cukup tinggi serta beberapa dampak lain, akibat jalan yang sempit, mestinya sudah bisa dijawab lugas dengan perluasan dan pelebaran jalan.
Keberadaan jalan dua jalur, dari aspek keamanan dan kenyamanan berlalu lintas dengan sendiri akan bisa dinikmati masyarakat, khususnya pengguna jalan, ditambah jalur pejalan kaki serta taman pembatas jalur jalan, dengan sendirinya memberi kenyamanan.
Dari aspek kelancaran arus lalu lintas serta potensi banjir. Jika ruas jalan dua jalur berhasil dibangun, dengan sendirinya drainase dan trotoar untuk pejalan kaki akan dibangun, sehingga terbangun rasa aman, baik bagi pengguna jalan, maupun bagi pemukiman warga aman dari terjangan banjir, karena saluran irigasi dan drainase secara otomatis akan dibangun seiring penggarapan pembangunan ruas jalan dua jalur itu.
Itu sebabnya, beberapa tokoh masyarakat mendesak pemerintah segera merealisasikan rencana pembangunan ruas jalan dua jalur tersebut, setidaknya menggarap kawasan yang lahan dan pemukimannya sudah dibebaskan.
Atau seperti di beberapa daerah lain, meninggalkan penggarapan kawasan yang belum dinyatakan tuntas penyelesaian pembebasannya, sambil dicarikan solusi penyelesaian yang sesuai secara musyawarah.
Desakan masyarakat itu, terutama menyikapi derap kemajuan pembangunan sarana pisik lain di Lubukbasung, seperti halnya kawasan perkantoran, penataan irigasi dan drainase pusat kota serta berbagai program pembangunan lain yang beberapa tahun terakhir sudah memberi warna luar biasa bagi kemajuan Lubukbasung.

“ Kami berharap, pemerintah propinsi Sumbar dan Pemkab Agam bisa merealisasikan harapan itu, “ ungkap N.Dt.Asa Labiah, tokoh ninik mamak Lubukbasung kepada penulis.
Pembangunan ruas jalan yang tertunda di Lubukbasung itu, mestinya sudah harus dibangun, karena jika tidak saat ini, kapan lagi. Apalagi jika sudah berganti pemimpin, entah sampai kapan harapan itu berwujud. Entah memang akan menjadi mimpi belaka. (Habis)

Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/k7946951/public_html/wp-content/themes/flex-mag/functions.php on line 999