Kurenah

Umur Bukan Penentu Kesuksesan

Oleh : Hasneril S.E.

Setiap anak memang beda karakter dan hobinya. Pasti tidak sama, terutama dalam hal berwirausaha. Namun hal itu dapat diajarkan kepada anak dimasa pertumbuhan.

Anak di usia ini biasanya sudah mulai ingin tahu tentang berbagai hal. Kalau dirunut ke belakang, Saya dari umur delapan tahun memang memiliki keingintahuan yang tinggi tentang berwirausaha, dan hal itu pun karena ada faktor ditinggal orangtua.

Akan tetapi, Saya yang dulu jika dibandingkan dengan anak-anak Saya yang sekarang tidak jauh bedanya. Karena anak-anak telah Saya ajarkan bagaimana mencari peluang tambahan uang jajan, salah satunya dari menjual botol minuman.

Awalnya, Saya arahkan agar mereka membawa botol tersebut sekitar lima didalam tas sekolah dan menawarkan botol-botol tersebut kepada teman-temannya.

Lalu Ismail, anak Saya yang masih duduk di kelas II SD langsung mencobanya, dan hal itu ternyata berjalan sukses.

Pada hari pertama Ismail dapat menjual seluruh botol kepada teman-temannya. Dikatakan, botol tersebut mulanya ditawarkan pada teman sebangkunya, lalu ke teman-temannya yang lain juga ikut tertarik dan membelinya.

Botolnya ditawarkan saat jam istirahat kepada temannya, lalu saat pulang sekolah temannya itu minta uang ke bundanya masing-masing untuk membayar botol yang dibeli ke Ismail.

Pada teman-temannya itu Ismail mempromosikan, jika ada yang bertanya dimana membeli botol minuman itu, bilang saja kalau botolnya dibeli pada Ismail.

Berkat keuletan dan kemaunnya untuk berjualan botol minuman, Ismail sudah bisa menabung dan memiliki uang simpanan ratusan ribu rupiah.

Melihat kemauan anak, Saya juga ikut mendorong bakatnya itu dengan cara mengajak Ismail untuk berjualan botol minuman di GOR Rang Agam setiap hari Minggu pagi.

Namun, disamping Saya mengajarkan anak untuk berwirausaha, dia juga tetap Saya ajari tentang sedekah dan berbagi dengan sesama muslim lainnya yang membutuhkan.

Dan syukurlah, Ismail memang dasar anak yang pintar dan rajin, dia mau mendengarkan arahan ayahnya ini.

Ismail berkeinginan, jika uang hasil penjualan botolnya itu untuk membeli sebuah bola. Agar ia bisa bermain bola dengan teman-temannya.

Pada suatu hari, uang hasil penjualan boto Ismal sudah mulai banyak dan bisa untuk membeli bola. Jadi, saat itu, setelah selesai sholat maghrib, Saya mengajaknya untuk pergi ke toko yang menjual peralatan sekolah dan olahraga.

Saat itu, Ismail bertanya, “Mau beli apa Ayah?”
Saya jawab, “mau membeli apa yang Ismail mau,”.

Dia tersenyum, sembari berkata, “mau bola, tapi harganya kan mahal Ayah, nggak usah dulu, uang Ismail belum cukup,”.

Saya pun berkata, bahwa uang yang dihasilkan dari keuntungan Ismail berjualan botol telah cukup untuk membeli bola.

Dengan hati senang dan riang Ismail pun langsung jalan menuju etalase tempat bola dipajang di toko itu.

Raut wajah Ismail pulang ke rumah sangat kelihatan senang dan gembira ,karena bisa membeli bola dengan hasil keringat sendiri.

Malam itu dia minta izin agar bola itu boleh dibawa kesekolah, dan Saya izinkan.

Karena Saya yakin di sekolah, bola itu pasti jadi pertanyaan bagi teman-teman Ismail, bahwa bola itu dibeli dari hasil penjualan botol minuman yang dijualnya di sekolah. Hal itupun kiranya pasti juga dapat memotivasi teman-temannya untuk bisa berusaha sendiri.

Saya memang sering mengenalkan ke anak-anak cara hidup berbisnis dengan menceritakan masa lalu yang pernah Saya lakukan.

Juga lebih banyak menceritakan cara hidup berbagi dari hasil usaha sendiri dan berbagi untuk orang lain.

Tidak hanya itu, Saya juga selalu ajarkan anak cara berkomunikasi dengan baik serta bersikap sopan santun terhadap siapapun. Sebab, komunikasi sangat penting dalam proses transaksi jual beli.

Saya selalu meluangkan waktu berdiskusi dengan anak-anak kalau ada produk dagangan baru. Kita juga sering bertukar pikiran, dan memberikan saran satu sama lain tentang cara berwirausaha yang baik. (*)

To Top