KABA12.com — Aktivitas gempabumi tidak lazim yang terjadi didekat lokasi fasilitas ujicoba nuklir Korea Utara terdeteksi oleh beberapa lembaga monitoring gempabumi dunia seperti USGS (Amerika Serikat), GFZ (Jerman), JMA (Jepang), dan EMSC (Eropa), pada hari Jumat (09/09).
Berdasarkan release Deputi Bidang Geofisika BMKG Dr. Masturyono, M. Sc, guncangan gempabumi yang diperkirakan sebagai dampak dari sebuah ledakan besar ini juga tercatat pada 122 sensor seismik yang dioperasikan Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa ledakan terjadi pukul 07.30.03 WIB dengan kekuatan M=5,3. Pusat ledakan terletak pada koordinat 41,20 LU dan 129.07 BT, tepatnya di darat pada jarak 19 km arah timur Kota Sungjibaegam, Korea Utara dengan kedalaman hiposenter 1 kilometer.
Analisis lebih lanjut terhadap data seismik tersebut menunjukkan bahwa sumber ledakan berasal dari sebuah ujicoba ledakan nuklir. Berdasarkan karakteristik rekaman seismogramnya diketahui bahwa gelombang seismik yang terekam bersumber dari sebuah ledakan besar di kedalaman dangkal. Ada kesamaan pola dari seluruh rekaman gelombang seismik yang menunjukkan gerakan awal yang berupa kompresi.
Selain itu, karena seluruh data seismik yang terekam di BMKG menunjukkan adanya compressional source dengan amplitudo gelombang P relatif lebih besar dari gelombang S-nya, maka cukup beralasan jika kita meyakini bahwa telah terjadi sebuah aktivitas ledakan besar bawah permukaan di wilayah Korea Utara.
Menurut laporan, dampak ledakan ini menimbulkan guncangan kuat hingga skala intensitas VI MMI di kota Kilcu dan Hamgyongbukto yang lokasinya paling dekat pusat ledakan. Guncangan kuat juga dirasakan di beberapa kota di korea Utara dan China seperti Sungjibaegam, Ch’ongjin, Songjianghe, Jilin, Yanji, Linjiang, Wangou, Hoemul-li, Hwasong, dan Kilju dalam skala intensitas III-V MMI.
Indonesia sebagai negara anggota perjanjian non proliferasi nuklir, dan telah menandatangani ratifikasi pelarangan uji coba nuklir bawah tanah, tentu berkewajiban ikut melakukan pemantauan ujicoba nuklir melalui sistem monitoring seismik yang dioperasikan BMKG.
Sebagai salah satu implementasi negara anggota perjanjian non proliferasi nuklir, maka mulai tahun 2002 di Indonesia dipasang 6 stasiun seismik CTBTO (Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization), di Kapang Sulawesi Selatan, Parapat, Lembang, Kupang, Sorong dan Jayapura. Sistem peralatan ini dikelola oleh BMKG untuk mendukung monitoring ujicoba nuklir dari wilayah Indonesia.
(Ardi)