Tiku, KABA12.com — Topah salah satu cagar budaya andalan Kabupaten Agam nyaris terlupakan. Padahal ornamen sejarah masuknya agama Islam di Minangkabau itu, menjadi salah satu kekuatan akbar yang tidak bisa dipungkiri.
Topah menjadi salah satu bukti agama Islam sangat kuat dan besar peranannya dalam membangun peradaban di Minangkabau. Dan mirisnya salah satu sejarah bernuansa Islam itu nyaris tak tergubris. Kondisi bangunannya dibiarkan melapuk, beberapa ornamen penting tak tertata, padahal Topah kerap digunakan untuk beragam ritual agama Islam oleh umat bahkan, tak hanya di Sumatera Barat tapi juga dari berbagai provinsi di Indonesia termasuk umat Islam dari Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura.
Sebagai cagar budaya Islam yang berdiri di Simpang Cacang, di ruas jalan Raya Padang – Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, mempunyai kekuatan spritual luar biasa bagi yang mendalaminya. Cagar budaya tersebut berisikan kitab kuno yang berisi ajaran Islam dan berisi panduan utama alam Minangkabau. Tidak sembarang orang yang bisa masuk dalam ruangan khusus dan menyaksikan secara langsung kitab kuno ajaran Islam dan itupun menunggu moment tertentu sesuai ritual yang sudah dilaksanakan turun temurun di Topah, Tiku itu.
Nyiak Topah, (85), pengelola komplek Topah dan dikenal sebagai juru kunci Topah untuk menjaga cagar budaya itu menjelaskan kepada KABA12.com, didalam bangunan tersebut, selain kitab Topah, terdapat juga tiga kitab lain yang di keramatkan. Tiga kitab keramat itu masing-masing kitab suci Al Qur’an, kitab Thasawuf, kitab Manti’ dan Ma’ani, Kalimat Topah memakai tulisan Arab sama seperti ke tiga kitab lainnya,” ujar Nyiak Topah.
Ditambahkan Nyiak Topah, hingga kini masih menjadi misteri, kapan pastinya Topah berada di tempat tersebut namun sebelum masa penjajahan Belanda kitab keramat tersebut sudah ada, “sebelum Belanda menjajah Indonesia kitab tersebut sudah ada di sini, ” ulasnya.
Banyak masyarakat yang berkunjung kesini, selain untuk membayar nazar, ” malapeh niaik” juga para pelajar atau ilmuan yang ingin mendalami sejarah ajaran Islam di ranah Minang. ” Banyak yang berkunjung, umumnya masyarakat yang membayar nazar ketika di timpa musibah, juga pengunjung dari luar Sumatera Barat yang ingin mempelajari sejarah Islam di Minangkabau,” jelasnya.
Keberadaan Topah sendiri sejak lama belum tersentuh optimal dari Pemkab Agam termasuk tidak adanya informasi khusus terkait dengan keberadaan Topah di berbagai media, sehingga cagar budaya itu nyaris tak tersentuh padahal Topah banyak memendam misteri dan cerita sejarah yang menarik untuk dipelajari.
(Johan)