Tokoh

Tokoh Agam Hebat,Prof.Dr.H.Hasyim Djalal,MA ( Bagian I dari 2 Tulisan)“ Patriot Negara Kepulauan “

Oleh: Efri Yoni Baikoeni

Prof. Dr. H. Hasjim Djalal, M.A. adalah salah seorang diplomat Indonesia yang berada dibalik suksesnya pengesahan Hukum Laut Internasional PBB (UNCLOS 1982). Bersama dengan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, keduanya membawa kepentingan Indonesia seperti yang diamanatkan oleh Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957.

Meski tidak termasuk “Tiga Diplomat Utama” versi Menlu RI N. Hassan Wirajuda, yang merujuk kepada Syahrir, Hatta, dan Mohammad Roem, namun nama Hasjim Djalal dapat disejajarkan dengan diplomat ulung lainnya, seperti Haji Agus Salim yang berhasil mendapat pengakuan dari negara-negara Arab, karena Hasjim Djalal telah memperjuangkan kepentingan Indonesia di dunia internasional setelah disahkannya UNCLOS 1982 pada tanggal 10 Desember 1982.

Selama puluhan tahun, Hasjim Djalal telah memperjuangkan konsep “Nusantara” dengan gigih, ulet, dan tekun di dunia internasional. Dengan penuh keahlian, Hasjim Djalal, tanpa kenal lelah, telah berhasil menggalang dukungan diplomatik dan politik, melakukan perundingan secara maraton di berbagai forum bilateral dan multilateral, mengembangkan hukum laut internasional secara kreatif, dan menempatkan Indonesia di garis terdepan dalam upaya masyarakat internasional untuk mereformasi hukum internasional.

Atas perjuangan Hasjim Djalal, konsep kewilayahan ‘Nusantara’, yang awalnya tidak diakui oleh hukum internasional, telah menjadi bagian integral dalam Konvensi Hukum Laut Internasional PBB. Wilayah darat dan maritim Indonesia telah menjadi satu, tidak lagi terpecah-pecah, dan wilayah kedaulatan serta yurisdisksi maritim Indonesia tumbuh secara pesat dari 2 juta km2 menjadi 5,8 juta km2.

Selain dikenal sebagai Ahli Hukum Laut Internasional, Hasjim Djalal juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Kanada, Jerman, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Setelah tidak lagi menjadi Kepala Perwakilan RI di luar negeri, Presiden Suharto pernah mengangkatnya menjadi Duta Besar Keliling (Ambassador at large) Masalah Hukum Laut.

Asal Usul Keluarga
Hasjim Djalal dilahirkan tanggal 23 Pebruari 1923 di Ampang Gadang. Ayahnya bernama H. Djalaludin yang biasa dipanggil “Inyiak Djala”, dikenal sebagai ulama. Ibunya bernama Salamah yang berasal dari suku Jambak, Ampang Gadang. Ayahnya dikenal sebagai guru agama yang mendirikan sekolah “Ma’hadul Islami” yang saat ini hanya tinggal nama dan dipakai sebagai TK Islam di Ampang Gadang.

Hasjim Djalal menikah dengan Zurni Kalim yang berasal dari Solok. Mereka dikaruniai tiga orang anak, diantaranya adalah Dr. Dino Patti Djalal yang mewarisinya bakatnya sebagai diplomat dan pernah diangkat sebagai Dubes RI untuk Amerika Serikat.

Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan formal diawalinya di Sekolah Desa di Surau Pinang yang berjarak sekitar 1 km dari rumahnya. Ayahnya menyekolahkan Hasjim sekitar tahun 1940 saat usianya mencapai 6 tahun.
Setelah menempuh pendidikan selama 3 tahun, Hasjim Djalal kemudian meneruskan pendidikannya ke Sekolah Sambungan ”Schakel School” di Tanjung Alam sekitar tahun 1942-1946 (kini SMPN 1 Ampek Angkek).

Karena pendidikan dilaksanakan pagi hari, Hasjim tidak lupa menambah ilmu agamanya dengan bersekolah sore hari di Diniyah Pasir.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Tanjung Alam, Hasjim Djalal melanjutkan sekolahnya ke kota Bukittinggi. Tahun 1946, ayahnya menyekolahkan Hasjim di sebuah sekolah yang cukup terkenal di Bukittinggi.

Ketika terjadinya Agresi Militer Belanda II tahun 1948, Belanda menduduki Bukittinggi. Hasjim Djalal yang saat itu kelas 2 terpaksa mengungsi bersama ayahnya ke Lubuk Basung. Ketika Belanda telah keluar dari Bukittinggi, beliau masuk dan kembali bersekolah di SMP 1 Bukittinggi hingga lulus pada tahun 1950.

Setelah menamatkan pendidikan di SMP 1 Bukittinggi tahun 1950, Hasjim meneruskan pendidikannya ke SMA Bukittinggi di Birugo (sekarang SMAN 2 Bukittinggi) sampai tamat tahun 1953.

Meski pada waktu SMP mengambil jurusan saintifik, namun ketika belajar di SMA Birugo, Hasjim mengubah haluan dari Eksakta menjadi Sosial karena dalam pikirannya sudah tertanam cita-cita jadi diplomat.

Diantara guru yang berpengaruh dalam dirinya adalah guru Tata Negara, Pak Nasir namanya. Pada waktu itu, siswa dibagi 3 jurusan, yaitu A, B dan C. Hasjim Djalal pernah menuturkan, “Ketika saya melanjutkan ke SMA, saya ambil jurusan C yaitu Ilmu Hukum dan Sosial”. (*)

To Top