Cerpen

Tak Berbanding

Oleh : SHO

****

Esok harinya saat aku sedang tidur dimeja, tidak biasanya ada seseorang yang menepuk pundakku dengan maksud membangunkan. Jadi aku memberikan tatapan tersangarku padanya, dan apa yang kulihat? Si ketua kelas yang tersenyum lebar (?).

“Apa? Kita saling kenal ya?” lalu kulanjutkan tidurku. Aku tidak peduli apa yang akan dilakukannya lagi, tapi dia menarik kursi didepanku dan duduk.

“Hoi, hoi. Aku temanmu, lho. Namaku,”

“Ya ya, Juny Dwi Erlangga. Pergi sana.”

“Haha, kau lucu ya Akane Ruby Heriawan,” kursinya berderit lalu kurasakan tangan seseorang menepuk kepalaku pelan. “Baiklah, mimpi indah ya. Nanti kalau jam istirahatnya selesai aku bangunkan lagi. Have a nice dream.”

Argh, kenapa ketua kelas bisa melihatku? Ini menyebalkan.

Lagi, cewek yang waktu itu dipanggil Jun sama kak Tyan menemukanku saat aku bersembunyi seperti kemarin dan itu benar-benar membuatku terkejut setengah mati. Entah mengapa pengamananku terhadap buku sketsaku bisa berkurang karena untuk yang kedua kalinya dia berhasil mendapatkan buku itu. Untung saja tim basket yang kemarin tidak lihat (baca: kak Tyan), bisa mati ditempat aku.

“Hey, tak bisakah kau berhenti mengganggu ketenanganku disaat seperti ini, siapapun kamu.”

Cewek itu merogoh sesuatu dari saku celana trainingnya dan dengan secepat kilat memasangkan sesuatu itu dikepala sebelah kiriku, lalu ia duduk sambil mengarahkan cermin padaku.

Apa itu? Jepitan rambut? Duh..

“Ahaha, seperti dugaanku kau itu sangat manis, Aka-chan. Benar-benar manis dengan jepitan rambut itu.”

“Ah,” kutarik jepitan itu dari tempatnya dan menyembunyikannya. “Mau apa kau?”

“Wah, galakmu nggak hilang-hilang ya? Aku hanya ingin jadi temanmu kok, nggak yang lain. Lanjutin saja menggambarnya, aku hanya ingin istirahat sebentar disini. Anggap saja aku tidak ada ya.”

“Hm?”

Dia sudah tidur.

Aneh, dasar cewek aneh. Teman katanya?

Dikelaspun Juny Dwi Erlangga kembali membangunkanku lagi dan duduk lebih cepat sebelum kepalaku kutidurkan.

“Hey, Jun. aku tahu baru 2 kali kita bertatap muka, tapi kenapa kau begitu menggangguku. Mau kubunuh?”

Telunjuknya tiba-tiba saja menutup mulutku. “Sshh.. nggak baik didenger sama temen-temen.”

“Eh?”

Dia melepas telunjuknya dan tersenyum. “Aku punya tantangan untukmu. Kau gambar aku terserah disana aku terlihat senang, sedih, aku mati, berdarah-darah dan sebagainya atau seperti apa kau melihatku saat ini. Gimana?”

“Kau menggangguku hanya untuk itu? Hey, yang benar saja! Dasar aneh.”

“Kalau nggak mau, berarti kau pengecut. Dah..”

“Ck, sialan kau.”

***

Yah, betapa bodohnya aku bisa menuruti tantangan aneh si ketua kelas itu. Memangnya apa yang kutahu dari dia selain dia cewek, ketua kelas beramput panjang dan terlihat kosong.

Bodo amat, yang penting aku bisa menjawab tantangannya.

“Dududududu,”

“Ah!”

Aku terjungkal, karena si Jun sialan. Lagi. Dia memainkan trik muncul tiba-tiba dihadapanku dengan close up wajahnya! Astaga kenapa dia selalu muncul di tempat persembunyianku? Ini namanya bukan tempat rahasia lagi.

“JUN!”

“Ahaha, maaf maaf. Sini kubantu.”

“Nggak usah. Kenapa kau menggangguku? Sama saja dengan ketua kelas aneh itu.”

“Kau mengerjakan tantangan si ketua kelas itu bukan? Mana hasilnya?”

“Da, hey!”lagi-lagi dia mengambilnya tanpa izin dariku. Siapa sih dia? Aku bahkan tidak tahu dia senior atau bukan!

“Wah, aku bisa sekeren ini ya?,” diletakkannya buku sketsaku disamping wajahnya dan ia tersenyum lebar. “Aku tidak tahu bisa sekeren ini dengan gaya gothic. Aku suka.”

“Apa maksudmu?”

“Tidak. Nih, kukembalikan. Aku harus menemui kapten basket yang kemarin kau gambar itu.” Dia menekan-nekan pipi kananku bermaksud menggoda.

“Apa-apaan?! Jangan menggodaku, aku tidak suka padanya, hanya dia yang proporsi badannya bagus kemarin!”

“Ah, terserahlah. Aku nggak bakalan cemburu kok, hehe. Bercanda, aku kan temanmu. Dah..”

“Hey, aneh!”

***

“Apa? Kau mau menggangguku lagi?” kepalaku tepat waktu mendongak pada cewek yang tangannya mau menyentuh pundakku.

“Wow, aku terkesan.” Lalu dia duduk seperti biasanya.

“Tipuan dua kali tidak akan mempengaruhiku lagi.”

Really?”

I’m serious.”

“Ya terserah lah, berarti kau benar-benar menganggapku temanmu.”

“Apa maksudmu?” dia tidak menjawab, kuperhatikan dia yang sedang tersenyum lebar dengan mata yang ikut tersenyum.”Kau ini siapa sebenarnya?”

“Ah, iya. Gambarmu yang kemarin benar-benar keren. Aku tantang lagi, buat aku versi cowok. Gimana?”

Eh, tunggu dulu? Gambarku yang kemarin? Aku bahkan baru bertemu dengan ketua kelas sekarang dan belum menunjukkan hasilnya. Dari mana dia tahu?.

“Bagaimana? Bagaimana? Aku tahu kau pasti mau, kita kan teman, kan? Kekantin dulu ya, dah.”

“Hey,” parahnya dia sudah menghilang. “Kenapa dia berbicara tanpa henti dan pergi begitu saja? Argh, ada apa dengan dua orang yang ngaku-ngaku temenku ini.”

***

Yap, aku tidak digelanggang olahraga dan bebas dari si Jun tersebut. Tanganku terus bergerak-gerak mengikuti pola yang sudah jadi di otakku tanpa menyadari apa yang kubuat. Eh?!

“Aka-chan!”

“Huwaaaaaaa!” aku terjungkal lagi. LAGI. Karena bocah ini. “Kenapa kau bisa tahu posisiku?! Kau seorang stalker ya?”

Jun tersenyum cengengesan dan mengambil paksa buku sketsaku. “Ingat, aku temanmu.”

“Jawaban apaan itu.”

“Aka-chan, aku tahu kau itu berbakat sekali. Kau jenius,” dia tersenyum lebar sambil memposisikan buku sketsaku seperti hari sebelumnya. “Mirip kan?”

“Tung,”

Mirip? Kenapa mereka mirip? Apa ini yang terasa mengganjal dari tadi? Astaga, kenapa mirip?!

“Apa maksudmu? Jangan-jangan kau adik kembarnya si Juny Dwi?”

“Eh, aduh,” dia menggaruk-garuk dagunya bingung. “Gimana ya bilangnya. Ya memang benar aku punya saudara kembar tapi kami sama sekali tidak mirip.”

“Lalu?”

“Begini saja,” dia mengambil sesuatu dari tasnya dan mengenakannya secepat kilat dikepala. “Nah, mungkin kau tahu yang ini.”

Mataku membulat tak percaya dan entah mengapa badanku refleks mundur beberapa inchi. “Tidak mungkin” dan lari terbirit-birit seperti orang habis melihat hantu.

Aku dapat karma karena habis ngapain sih? Kenapa si Jun jadi Juny Dwi? Alamak, jadi firasatku dua hari yang lalu bener? Si Juny punya kepribadian ganda, yang satu kayak cowok jadi manager tim basket putra, yang satu cewek tulen jadi ketua kelas idaman. Aduh, aduh, aku habis dapat karma apa kalau begini ceritanya.

Teman? Mereka menganggapku teman? Aduduh, dua-duanya sama-sama memiliki selara humor yang rendah.

Hahaha, aku harus bagaimana? Kenapa aku yang  jadi frustasi?

Bersambung!!! ( Sabtu, 22 Juli 2017 )

Cerita Sebelumnya : Tak Berbanding

To Top