Khazanah

Syukur Intisari Nikmat Allah

KHAZANAH, KABA12.com — Banyak manusia stress dalam kegelisahan karena tidak mampu menikmati apa yang diberikan Allah kepadanya. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Karena mestinya ia yakin bahwa apa yang diberikan Allah kepadanya adalah yang terbaik untuk dirinya, sehingga dia bersyukur.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa orang yang paling bersyukur ialah manusia yang paling qanaah (menerima pemberian Allah) dalam kehidupannya, sedang manusia yang paling kufur adalah manusia yang rakus dan tamak. Mengapa demikian? Karena orang yang rakus itu tak pernah menikmati yang sudah ia terima.

Dalam hal ini, Allah SWT telah menjelaskan di dalam surat Ibrahim ayat 7 sebagaimana artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Pada ayat diatas, Allah SWT telah mengumumkan kepada umatnya, bahwa jika kita bersyukur atas nikmat – nikmat yang kita terima, maka Allah akan menambah nikmat diatas kenikmatan yang telah diberikan-Nya. Tambahan nikmat yang dimaksud disini bisa berbentuk zahir (seperti harta yang bertambah), ataupun batin (seperti ketentraman hati, kebahagiaan keluarga, kekhusyukan shalat, ataupun nikmat-nikmat yang nanti akan kita terima di akhirat nanti).

Akan tetapi, ketika hamba-Nya kufur atas nikmat yang diberikan Allah, maka azab-Nya lah yang akan menjadi nikmat bagi orang-orang yang kufur, sesuai dengan warning bahwa “adzab-Ku sangat pedih”.

Selain itu, Konsep Al-Quran mengatakan bahwa setiap perbuatan itu akan kembali kepada diri pelakunya sendiri. Allah tidak membutuhkan perbuatan baik kita, tapi kitalah yang membutuhkannya. Seperti dalam ayat lain “In ahsantum ahsantum li anfusikum, wa in asa’tum fa laha” (jika kalian berbuat baik sejatinya itu perbuatan baik untuk diri kalian sendiri, demikian juga dengan perbuatan buruk juga akan kembali kepada pelakunya sendiri).

Hal ini tidak lain  juga menyangkut  dengan bersyukur,  Allah SWT tidak membutuhkan syukur kita, tapi kitalah yang membutuhkan syukur itu untuk diri kita sendiri. Jika seluruh makhluk kufur pun, tidak akan mengurangi kekuasan dan kekayaan Allah SWT.

Untuk itu, marilah kita kembali bertaubat dan merevisi apa yang telah kita lakukan selama ini. Semoga kita semua dapat tergolong pada hamba-Nya yang senantiasa bersyukur. Amin, Yarabbal alamin.

0Shares
To Top