Catatan : Harmen-KABA12.com
Puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2017, tanggal 26 April 2017, hingga disaat peringatan Hari Pendidikan Nasional ,2 Mei 2017 masih menyisakan banyak catatan dan tanya.
Apalagi, dalam dua pekan terakhir beragam ancaman bencana yang muncul. Selain potensi longsor dan banjir akibat intensitas curah hujan tinggi, ancaman gempa yang dari data BMKG Sumbar, hampir tiap setengah jam, gempa terjadi di wilayah Sumbar, Bengkulu, Sumut dan Aceh.
Rutinitas gempa dengan skala beragam, mengundang kekuatiran, pasalnya wilayah Sumbar, khususnya kabupaten Agam yang berada di “perlintasan “ garis gempa, kesiapan masyarakat pun relative masih rendah.
Walau gebrakan BPBD Agam bersama stakeholder, namun diakui atau tidak, masyarakat belum sepenuhnya siap. Masih banyak hal yang mesti diperbuat untuk membangun kesadaran dan peduli akan potensi bencana yang ada. Apalagi kini, konsentrasi pengayaan ilmu siaga bencana hanya terkonsentrasi di Tanjung Mutiara yang itupun belum sepenuhnya masyarakat terlibat aktif.
Berkaca pada HKBN 2017 di kabupaten Agam pun, memicu tanya. Peran dan peduli aparatur pemerintah lainnya di tingkat daerah (kabupaten) sangat minim. Ada kesan, soal kebencanaan hanya menjadi urusan BPBD semata, sementara OPD lain tak acuh. Faktanya, saat simulasi dalam rangka HKBN 2017, hanya “secuil” kepala OPD yang hadir, dan bupati Agam pun, hanya diwakilkan pada plt.staf ahli.
Kontradiktif sebetulnya, disaat gembar-gembor peduli bencana, pengurangan resiko bencana (PRB), bahkan produk hukum daerah dilahirkan, bahkan untuk membangun perhatian lebih, bahwa Agam adalah salah satu “supermarket” bencana di Indonesia, tapi fakta lapangan hanya secuil yang peduli.
Entah memang, disaat moment dunia, peringatan HKBN 2017, bupati Indra Catri tak hadir saat simulasi, gebyar peduli itu memudar, ( karena memang di kabupaten Agam, jika bupati secara langsung tidak hadir, maka volume kehadiran pejabat pun akan rendah) atau entah karena apa, sehingga harapan bisa terbangun pemahaman tentang kesiapsiagaan dan antisipasi dampak serta pengurangan resiko bencana itu sendiri bisa betul-betul terbangun untuk masyarakat banyak.
Kini, kegamangan akan rutinitas guncangan gempa, intensitas curah hujan tinggi dan resiko lain yang mengintai masyarakat Agam, justru makin tak terasa. Antara iya dan tiada, walau sudah banyak pihak yang memaklumi.
Kabupaten Agam adalah supermarket bencana, itu terproklamir sampai ke luar negeri, salah satunya New Zealand, namun faktanya, membangun peduli saja, luar biasa sulitnya, sehingga moment sakral HKBN 2017 yang mestinya didukung semua pihak, hanya dibanjiri murid TK, sekolah dasar, SMP dan SMA, serta segelintir aparatur lain yang berperan. Entah, karena memang bupati tak hadir, sehingga tak ada celah mencari muka. Entahlah.- (***)