Oleh: Rahman
Ajaran Islam sangat menganjurkan orang-orang mukmin untuk menghiasi diri dengan sabar karena didalamnya terdapat faedah yang besar dalam mendidik jiwa dan memperkuat pribadi (jati diri), menambah kemampuan seseorang memikul kesulitan, dan untuk membangkitkan potensi diri dalam rangka pengabdian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menurut Imam Al Ghazali, sabar yang dimaksud dalam istilah Islam ialah teguh dan tahan menetapi pengaruh yang disebabkan oleh agama untuk menghadapi atau menentang pengaruh yang ditimbulkan oleh hawa nafsu.
Menurut beliau yang dimaksud dengan pengaruh agama ialah segala sesuatu yang dengannya itulah manusia akan memperoleh petunjuk kejalan yang benar dan haq, baik yang berhubungan dengan kema’rifatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya, ataupun kemakrifatan perihal kemaslahatan-kemaslahatan yang erat hubungannya dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh amalan-amalan shalih.
Dan adapun yang dimaksud dengan pengaruh hawa nafsu itu ialah melampiaskan segala macam kesyahwatan sesuai dengan apa yang dikehendaki olehnya.
Maka dari itu barangsiapa yang dapat mematahkan ini, terus tetap untuk tidak menuruti kehendak yang buruk, teguh pula kalbunya untuk melawan dan menentang kesyahwatan-kesyahwatan tadi, maka orang itulah yang dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang yang tabah, sabar, dan teguh.
Kesabaran mencakup tiga hal, yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah swt, sabar terhadap hal-hal yang diharamkan-Nya, serta sabar atas musibah dan ketika mendapat goncangan jiwa.
Orang mukmin yang sabar tidak gelisah ketika ditimpa suatu keadaan yang diluar harapannya, tidak mudah lemah jika ditimpakan musibah dan bencana, karena ia percaya bahwa (Allah swt telah memberitahukan) apapun yang terjadi padanya hanyalah ujian dan cobaan untuk memperkokoh keimanan dan mengukuhkan ibadahnya kepada Allah Rabb Semesta Alam.
Sabar akan sulit dilakukan apabila kita gagal memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada hakikatnya ujian. Sebagaimana firman Allah swt, “Dan sesugguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu.” (QS. Muhammad (47): 31).
Pada ayat yang lain, Allah swt juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah swt beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah (2): 153).
Jadi sabar dan sholat merupakan media yang paling ampuh dalam memberikan terapi pada jiwa yang gundah dan gelisah.
Bersikap sabar diwaktu dalam keadaan lapangnya rezeki (keadaan kaya, berkuasa) adalah lebih berat dalam tanggungan jiwa, sebab sabar dalam keadaan ini tentu disertai dengan kekuasaan. Sangat banyak orang yang sedang ‘berkuasa’ gagal bersikap sabar, sehingga dengan kekuasaan itu justru dia berlaku sewenang-wenang.
Oleh karena itu, maka Allah swt menjanjikan ganjaran pahala yang besar, karena bukan hal yang mudah untuk meneguhkan kesabaran dan keikhlasan dalam diri. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam firman-Nya, “Katakanlah (Muhammad), ” Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu”. Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar (39): 10).
Sabar dalam sebuah perjuangan tentu tak dapat dipisahkan dari sikap keikhlasan. Terlebih lagi (dalam konteks yang lebih luas) menghadapi penguasa yang tidak adil dan berlaku sewenang-wenang.
Sangat diperlukan persatuan yang kuat, terorganisir, penuh kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Karena ‘para penguasa’ punya ‘banyak tangan, banyak mata dan telinga’ yang memagarinya, meskipun para penjaganya itu juga tahu bahwa telah terang terjadi ‘kesewenang-wenangan’ itu didepan matanya, tetapi jabatan dan ‘kehormatan semu’ telah membutakan mata hatinya.
Sabar dan ikhlas merupakan dua hal yang saling bersinergi dalam diri untuk menghadapi segala cobaan dan ujian yang Allah Ta’ala berikan, agar hati dan keyakinan kita tetap kokoh bertahan dalam naungan Rabb Yang Maha Berkuasa, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia-lah tempat kita menyandarkan segala urusan.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran (3): 200).
(Disarikan dari berbagai sumber)