Bukittinggi, KABA12.com — Harga cabai merah di Kota Bukittinggi kembali melejit, Kamis (03/11). Pada pagi hari harga bumbu dapur ini dijual Rp 85.000 dan siang harinya meroket hingga Rp 100.000 per kg. Padahal, harga salah satu komoditi ini sudah turun pada beberapa hari sebelumnya seharga Rp 65.000 hingga Rp 75.000 per kg.
Mahalnya harga cabai merah ini, menurut pengakuan sejumlah pedagang tidak seperti biasanya. Karena, selain harga yang melambung, suplainya juga tidak semudah pada hari-hari sebelumnya. “kenaikan harga cabai tersebut akan terus tinggi. Penyebab naiknya harga cabe diakibatkan karena musim, yang sebelumnya panas sekarang mulai hujan, sehingga tanaman cabai akan rusak saat dipetik. Tidak hanya itu harga cabe mahal juga disebabkan karena harga distribusi dan adanya pungli dari kendaraan yang mengangkut.” Ungkap Nur pedagang cabe di pasar bawah Bukittinggi.
Hal serupa juga dikatakan oleh kabag perekonomian Pemko Bukittinggi dalam rapat tim pengendali inflasi daerah (TPID) di TUP Balaikota Gulai Bancah, Kamis (03/11). Ada Lima komoditas penyumbang utama inflasi Bukittinggi, cabe merah, beras, bawang merah, jengkol dan daging ayam buras.
“Inflasi daerah kita dua bulan terakhir memang tergolong tinggi, penyebab utamanya dari bahan pokok seperti cabe dan kawanannya. Siang ini saja harga cabe mencapai harga Rp 100.000 per kilonya. Untuk itu kami TPID saat ini tengah mencarikan solusinya bagaiman mengendalikan laju inflasi ini.” Jelas Linda Faroza.
Sementara itu Walikota Bukittinggi M. Ramlan Nurmatias mengatakan telah memerintahkan Dinas Pertanian untuk berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Agam agar pasokan cabe ini memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Meski saat ini kita masih bisa mengusahakan untuk menstabilkan harga, namun kita harus tetap menekan angka inflasi itu. Saya sudah perintahkan dinas pertanian untuk berkoordinasi dengan Agam.” Tutupnya.
(Jaswit)