Kaba Tausyiah

Muslim itu Bicara Baik atau Diam

“Berkata benar akhlak yang mulia, sifat terpuji, semua orang suka. Berbohong menipu, sifat yang tercela, di dunia lagi terima balasannya,” demikian bait nasyid yang dinyanyikan oleh Umam yang berjudul “Berkata Benar.”

Umar bin Khaththab pun mewanti-wanti umat Islam.

“Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah munafiq alim (yang berpengetahuan).”

Kemudian ditanyakan, “Bagaimana mungkin munafik memiliki sifat alim?”

Umar menjawab, “Ia berbicara dengan penuh hikmah namun melakukan kezaliman atau kemungkaran.”

Dengan demikian, penting bagi setiap Muslim berhati-hati dalam berbicara. Jangan asal alias tanpa ilmu dan data, apalagi secara sengaja ingin memutarbalikkan fakta, mempropagandakan kebohongan agar diterima sebagai kebenaran, dan lain sebagainya.

Jika itu sampai dilakukan, maka akan berdampak serius bagi kesempurnaan iman di dalam hati.

Sebab Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam” (HR. Bukhari).

Andai kata, setiap Muslim mampu menjaga lisannya, tidak berkata kecuali yang baik, tentu negeri ini akan berada dalam kesejukan. Dan, setiap upaya profokasi yang hendak memecah belah umat dan mendiskreditkan ajaran Islam, secara langsung bisa digagalkan.

Suharsono dalam bukunya “Mencerdaskan Anak” menegaskan bahwa setiap orang tua sangat perlu mencermati, apa-apa saja yang sering dikatakan oleh buah hati.

“Apakah kata-katanya cukup sopan, tidak jorok atau sekadar trendy. Anak-anak yang berpotensi sebagai anak cerdas, tidak mudah dipengaruhi hal-hal semacam itu.”

Pertanyaannya bagaimana generasi Muslim bisa seperti itu bisa hadir, tentu saja ketika para orang tua konsen memperhatikan pembicaraan yang setiap orang melakukannya dari waktu ke waktu sepanjang hayat.

Semoga Allah menjaga lisan kita dari berkata tidak baik, banyak bicara yang sia-sia, berujar yang provokatif dan gemar sekali memancing terjadinya pertikaian dan pertengkaran, apalagi sampai mengais rezeki dengan menjadi pembuat dan penyebar kebohongan.

(sumber: hidayatullah.com)

To Top