Kaba Terkini

Kopi Sahur 0604202, “ Memelihara Buaya “

Catatan : Harmen

Mengerikan memang berhadapan dengan reptile yang satu ini.Hewan purba yang terkenal ganas, kerap mengancam,lengah sedikit saat berada di habitatnya, salah-salah, nyawa bisa melayang.

Kabupaten Agam, dengan keluarbiasaan potensi alam yang dimiliki, cukup banyak memendam habitat buaya, bahkan di banyak aliran sungai yang bermuara ke laut lepas, sebut saja di Kecamatan Palembayan, di aliran sungai Batang Masang, kecamatan Ampek Nagari di kawasan aliran sungai Batang Masang-Batang Bawan, wilayah kecamatan Lubukasung di bentangan aliran sungai Batang Antokan, sampai ke wilayah Tanjung Mutiara di aliran sungai Batang Masang-Batang Antokan dan anak-anak sungai yang bermuara ke laut.

Semua buaya yang beranak-pinak di kawasan itu berkembang sangat cepat. Habitatnya yang cukup luas, justru kerap menjadi ancaman tersendiri bagi manusia, bahkan banyak yang sudah menjadi korban, meregang nyawa bahkan kaki terkelupas dimamah jeruji gigi tajam sang predator.

Sebagai hewan yang dilindungi, habitat khusus buaya di daerah ini, masih tidak menjadi perhatian khusus. Tidak ada kawasan yang khusus dijadikan sebagai areal penangkaran buaya, yang setidaknya bisa menjadi satu koloni untuk mengamankan buaya-buaya liar, yang kerap mengancam aktivitas masyarakat.

Yang pasti, masyarakat takkan bisa “menyatu” dengan hewan purba yang sama sekali tidak punya basa-basi jika lapar. Masyarakat takkan bisa beradaptasi bahkan berbaur dalam kesehariannya dengan buaya-buaya yang kerap “bersilanteh” angan menampakkan diri di tengah pemukiman penduduk.

Hal ini, akan sangat jauh berbeda disaat pemerintah menyebut kita, warga bangsa ini harus bisa beradaptasi dengan pandemic Covid19, ancaman mematikan yang tak kasat mata, yang sudah sangat banyak memakan korban.

Mungkin tak sama dengan umpana lain, tentang “buaya-buaya tak kasat mata” yang berbaur dengan keseharian kita, yang pintar memendam amarah, rasa lapar bahkan kesinisan.

Keganasan “buaya-buaya tak kasat” mati justru lebih mematikan. Apalagi dengan kepintaran bersolek mengalahkan keahlian para perias penganten, yang mampu menyulap wajah sesuai keinginan dan kekinian.

Yang luar biasa, buaya tak kasat mata justru kerap dipelihara bahkan sengaja dimanjakan dengan segala kelebihannya bersolek, tanpa sadar suatu ketika, disaat terkenal sang buaya berubah buas memangsa tuan yang memelihara.

Alangkah luarbiasanya buaya tak kasat mata yang selalu mendapat tempat, bahkan terhormat dimata sang tuan, dengan segala keinginan dan hasrat yang selalu terpenuhi dan harus ada, yang justru membuat cemburu para buaya sesungguhnya, yang mendamba lokasi penangkaran saja, harus berjuang melawan firahnya dengan menggigit bahkan membunuh manusia.

Tapi ini cerita lain tentang buaya. Secuil harapan para buaya (yang sesungguhnya) yang meminta untuk dipelihara.  Yang kini harus berani berkeliaran ditengah pemukiman penduduk di Nagari Tiku V Jorong, kecamatan Tanjung Mutiara, yang masih kesulitan untuk sekedar mendapatkan perhatian pemerintah, termasuk “meminta” lokasi penangkaran, agar tak lagi mengancam manusia.

Karena jika kita berani bertanya pada para buaya itu. Di nurani mereka pun, sebetulnya tak ingin mengganggu pihak lain, terutama manusia. Hanya saja, karena manusia kerap bersikap sinis, bahkan kerap tak peduli dan mengganggu habitatnya, membuat para buaya pun bersikap tak peduli akan ketakutan manusia itu sendiri. Cobalah, tanyailah.-(*).-

To Top