Catatan : Harmen ( Pemimpin Redaksi KABA12.com )
KABA12.com — Deraan (entah cobaan) masalah masih seria mendera bangsa ini. Guncangan politik yang menggelegar di ibukota Jakarta, berimbas luas di seantero negeri. Helaan kecewa ketua MUI Pusat KH. Ma’ruf Amin dalam sidang penistaan agama dengan tersangka Ahok, juga bermuara pada duka dan kecewa masyarakat Sumatera Barat.
Tak “berdayanya” MUI Sumatera Barat dalam menjalankan aktivitasnya karena ketiadaan dana operasional menjadi cobaan berat, yang entah ada hikmah apa dibalik itu semua.
Alangkah lucunya bangsa ini, ulah seorang Ahok, semua jadi kebakaran jenggot, semua heboh tak ketulungan. Dan sangat kentara terlihat, ada pembiaran dan target terselubung yang sengaja dibangun pihak tertentu, yang intinya untuk menyelematkan kepentingan.
Tapi, alangkah berdukanya kita, disaat lembaga MUI yang kita banggakan, saat ini berkeruh muka karena ketiadaan dana di Sumatera Barat. Mungkin, semua warga Sumatera Barat, berasumsi sama dengan penulis. Kondisi ini, alangkah luar biasanya, jika dibiarkan tak berkejelasan, apalagi hanya dengan dalih administrasi dana hibah.
Banyak yang kecewa, seakan tak pedulinya pemerintah di Sumatera Barat pada lembaga MUI, jika dibandingkan dengan dunia olahraga, sepakbola, pramuka, kepemudaan atau bahkan lembaga-lembaga yang senantiasa mendapatkan porsi perhatian lebih, sementara lembaga majelis ulama, justru tersekat tak punya dana. Di Sumatera Barat lagi. Naif memang.
Begitu abaikah kita pada MUI Sumbar, sehingga para petinggi organisasi itu harus berkeluh kesah di media sosial. Begitu tak pedulikah kita, terjadi pembiaran luar biasa itu di Sumbar.
Ini, mesti ada solusi yang permanen, tidak dengan hanya bantuan spontan yang dihimpun dan mengalir dari berbagai tokoh peduli Sumatera Barat dan perantau se Indonesia. Tapi mesti ada solusi jelas dan tegas, dengan porsi yang jelas, sehingga MUI Sumbar khususnya tak lagi berkeluh kesah, tidak bisa beraktivitas karena ketiadaan dana, tidak bisa mengoperasionalkan kantor, karena memang tidak ada dana.
MUI itu milik kita. Kita semua. Sehingga wajar, saat ini, semua unsur mesti bergerak, mempertanyakan kepiluan dan keprihatinan itu, sehingga terbangun kekuatan yang permanen mengawal MUI, sebagai lembaga yang mengawal keberagaman dan kebersamaan yang selama ini menjadi kekuatan umat Islam. Karena MUI milik kita.