Kaba Terkini

Jiwa Penuh Keridhaan

Oleh : Rahman

Jiwa manusia senantiasa mengalami perubahan akibat adanya pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar. Ada yang penuh kedamaian, tenang dan bahagia, namun ada juga yang gelisah dan tak tentu arah.

Banyakbuya yang tidak tahu mengapa ada kegelisahan dan tidak tenang, mereka merasakan jiwa yang kosong dan hampa, meskipun mereka memiliki segalanya. Begitulah jiwa yang selalu berubah akibat adanya ‘penyakit’.

Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Asr[103]: 1-3).

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan bahwa seandainya manusia merenungkan makna surat ini, niscaya surat ini akan membuat mereka mendapat keluasan.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Al-Asr artinya zaman atau masa yang padanya Bani Adam bergerak melakukan perbuatan baik dan buruk. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa makna yang dimaksud adalah waktu Ashar.

Tetapi pendapat yang terkenal adalah yang pertama. Allah SWT bersumpah dengan menyebutkan bahwa manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, yakni rugi dan binasa. Maka dikecualikan dari jenis manusia yang terhindar dari kerugian, yaitu orang-orang yang beriman hatinya dan anggota tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh, (…”kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh” (al-Asr: 3). Yakni, menunaikan dan meninggalkan semua yang diharamkan (“dan nasehat-menasihati supaya menaati kebenaran” (al-Asr: 3).

Kemudian tafsiran ayat selanjutnya (“dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”.Al-Asr:3), yaitu tabah menghadapi musibah dan malapetaka serta gangguan yang menyakitkan dari orang-orang yang ia perintah melakukan kebajikan dan ia larang melakukan kemungkaran.
Dalam konteks lainya dijelaskan juga bahwa mereka yang merugi adalah mereka yang memiliki jiwa yang kosong, selalu ditimpa keresahan dan kebimbangan. Mencari kebahagiaan hidup menurut kehendak hawa nafsu belaka, mereka mengikuti arus zaman yang semakin lari dari kebenaran.

Kebenaran yang diagungkan bukanlah kebenaran menurut konsep Allah SWT, namun kebenaran menurut konsep pikiran mereka semata, yang direkayasa sesuai dengan kehendak nafsu dan selera mereka sendiri, semua ini adalah penyakit jiwa.

Penyakit-penyakit kejiwaan hanya akan menimbulkan keresahan, kebimbangan, kesunyian, kekosongan hati, rendah diri, putus asa, dan sebagainya. Dampaknya antara lain, yakni lahirnya sifat dan sikap didalam jiwa yang tidak diredhai-Nya yang mendorong pribadi melakukan perbuatan buruk yang dilarang, merusak dalam batin manusia dan mengganggu kebahagiaan, juga merupakan sikap mental yang buruk yang akan merusak dan menghalangi pribadi untuk memperoleh keridhaan Allah SWT.

(Dari Bebagai Sumber)

To Top