Kaba Tausyiah

Jangan Lelahkan Hidupmu Untuk Dunia

Manusia satu sisi adalah makhluk yang sempurna karena kemampuannya berpikir yang digunakan untuk istiqomah di jalan yang lurus.

Namun, satu sisi, manusia adalah makhluk yang paling susah bahagia, karena besarnya angan-angan dunia, yang membuat hidupnya sibuk hingga lupa menjalankan tugas-tugas penting sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah.

Tidak sedikit orang yang karena pekerjaannya, mendapatkan income besar setiap bulannya, tapi sholat menjadi tidak sempat, mendidik anak apalagi.

Ada banyak orang yang bisa wisata ke berbagai penjuru bumi, namun menyantuni anak yatim tidak pernah, peduli terhadap muslim yang teraniaya apalagi.

Dan, dibalik itu semua, ternyata mereka adalah orang yang hidup dalam ketidaktenangan, ketidakbahagiaan, dan karena itu, semakin hari hidup mereka dikendalikan oleh obsesi demi obsesi tentang materi.

Bukan Soal Gengsi

Berhentilah dari berlomba menumpuk kekayaan, mengutamakan penampilan dan gengsi-gengsi dalam kehidupan sosial.

Padahal sejatinya hidup bukanlah soal gengsi, tetapi kemanfaatan diri bagi agama, manusia dan kehidupan.

Anas bin Malik radhiyallahu anhu bercerita, pada suatu hari Rasulullah keluar dan memegang tangan Abu Dzar.
Beliau bersabda, “Wahai Abu Dzar, di hadapanmu ada jalan mendaki yang sukar. Tidak ada yang mampu mendakinya, selain orang-orang yang ringan.”
Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku termasuk orang yang ringan atau orang yang berat?”

Beliau menjawab dengan bertanya, “Apakah kamu punya makanan untuk hari ini?

Ia menjawab, “Ya.”
Beliau bertanya lagi, “Dan makanan untuk esok hari?”
Ia menjawab, “Ya.”
Beliau bertanya lagi, “Dan makanan untuk esok lusa?”
Ia menjawab, “Tidak.”
Beliau bersabda, “Jika kamu punya makanan untuk tiga hari, maka kamu termasuk orang-orang yang berat.” (HR. Thabrani).

Pepatah Arab mengatakan, “Siapa yang berakal, niscaya ia akan ridha terhadap dunia yang hanya secukupnya. Ia tidak sibuk mengumpulkannya.

Namun ia sibuk mengerjakan pekerjaan akhirat, karena akhirat adalah negeri yang pasti dan negeri kenikmatan. Sedangkan dunia adalah negeri yang fana (akan hancur). Dunia adalah penipu dan pembuat bencana.”

Rasulullah Shalllallahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Bersenang-senang tanpa batas, sombong, memperbanyak harta, perlombaan di dunia, saling menjauh, saling mendengki, hingga terjadi pembangkangan, kemudian kekacauan.” (HR. Thabrani).

Lantas apa yang mesti kita jalani agar hidup tak terhimpit dunia, dan itu adalah kunci kebahagiaan hidup dunia-akhirat?
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُرِيدُ أَن يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاء اللَّهُ لَأَنزَلَ مَلَائِكَةً مَّا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ
“Sungguh berbahagialah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus.

Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Mukminun (23):24). Inilah jalan kebahagian hakiki yang semestinya kita jalani, agar hidup tak “disiksa” dunia.

(sumber: hidayatullah.com)

To Top