Bukittinggi, KABA12.com — Inflasi periode Oktober 2016 Kota Bukittinggi cenderung rendah, yaitu 0,37% yang sebelumnya inflasi mencapai angka tertinggi 1,11%. Penyebab utamanya masih datang dari kelompok harga pangan berupa cabe merah, beras, ikan tongkol, minyak goreng dan komoditi lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadinya inflasi tersebut dikarenakan adanya kenaikan indeks pada empat kelompok pengeluaran. Seperti, kelompok bahan makanan sebesar 1.15%. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,33%. Kelompok pengeluaran berupa makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebanyak 0,26%. Serta kesehatan 0,02%.
Meski empat kelompok tersebut memicu kenaikan inflasi di Kota Jam Gadang ini, namun terdapat tiga kelompok lainnya yang mengalami penurunan indeks. Diantaranya seperti, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,04%. Kelompok pengeluaran bidang pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,04%. Serta kelompok pangan sebesar 0,69%.
“Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), Bukittinggi berada di posisi ke 13 di Sumatera dan posisi ke 18 dari seluruh kota di Indonesia yang mengalami inflasi atau deflasi.” Jelas Kepala BPS Faizal, Selasa (01/11).
Sementara itu, menanggapi angka inflasi, kabak perekonomian kota Bukittinggi Linda Faroza mengatakan bahwa pemerintah melalui TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) terus berupaya mengendalikan peningkatan angka inflasi di Bukittinggi.
“Berbagai usaha telah dilakukan oleh TPID untuk mengatasi persoalan inflasi selama ini, mulai dengan membuat kebijakan dalam pengendalian inflasi, melakukan survey ke wilayah pasar, antisipasi bahan pangan pokok strategis, pengadaan pasar murah, serta mensosialisasikan perilaku hidup sehat.” Belilah barang sesuai dengan kebutuhan jangan keinginan.” Jelasnya saat ditemui KABA12.com di ruang kerjanya.
Meski indeks harga di kota Bukittinggi masih fluktuatif, namun pemerintah tetap berupaya menstabilkan harga jua kebutuhan bahan pokok masyarakat di pasaran.
(Jaswit)