Cerpen

Guarantor

Oleh : SHO

….At Central Hospital

Astaga, benar dugaanku. Dia bakalan kesini untuk mengobati bibirnya yang miring tadi ya? Tapi, kenapa harus kesini?! “Heh..aku tahu kau lagi sakit dan memang seharusnya orang sakit itu kerumah sakit. Tapi, kau tahu sendiri aku benci rumah sakit!”

Chan hanya tersenyum kecil dan melakukan ‘poof’ mengagetkannya itu. “Astaga! Tak bisakah kau mengatakannya terlebih dahulu? Aku selalu belum siap melihatmu padat, bodoh!”

“Maaf, maaf. Ayo masuk, nona Jung pasti sudah menunggu kita.” Dengan percaya diri dia berjalan di koridor dan masuk lift. Aku segera menyusul masuk sebelum pintunya tertutup.

“Jadi bukan kau yang sakit? Memang sudah buat janji?,” dia mengangguk. “Wow, luar biasa.”

Tiing.. Pintu lift terbuka, Chan berjalan beberapa langkah dan berhenti didepan pintu yang tidak jauh dari lift. Dia memanggilku.

Ok, aku bingung. Untuk apa aku menjenguk orang asing? Siapa orang ini? Mencurigakan, karena Chan sendiri yang mengenalkannya padaku.

Tok..Tok..Tok , “Kami datang, nona Hikaru.”

Sayup-sayup dari dalam suara perempuan menyahut. “Masuklah, aku sengaja tidak mengunci pintu.”

“Ha?” Aku memandang Chan bingung.

Dia tidak menjawab, melainkan membuka pintu itu dan masuk seolah-olah sudah biasa dilakukannya, lalu ia membungkuk memberi salam kepada seorang gadis yang duduk di dekat jendela sambil minum teh. Aku masih berdiri ditempat.

“Oh kau, Ryuzaki-kun, aku pikir perawat. Ayo sini, aku sedang minum teh.”

Dari samping Chan tampak tersenyum, ia menoleh ke arahku dan menyuruh masuk. Tunggu dulu, Ryuzaki? Aekagawa Ryuzaki si artis naik daun itu? Dengan ragu aku masuk. Kamarnya berwarna ungu pekat dan terkesan sangat gelap, tapi tetap terlihat cantik dengan lili-lili segar yang disebar diseluruh ruangan. Aku pangling, jangan-jangan ini taman Shibaly yang katanya hilang itu ya?

“Uhuk..aaakkhh..uhuk!” Aku terbatuk-batuk, refleks kututupi hidungku dengan lengan baju. Astaga, bau pekat apa ini?

“Astaga, maaf ya. Aku suka dengan aroma vanila, makanya aku menyemprotnya dimana-mana dan lupa bakalan ada tamu yang datang.”

Aku berusaha tersenyum meskipun sebagian wajahku tertutup lengan baju. “Ya, tidak masalah. Tapi bolehkah jendela itu dibuka? Aku juga suka vanila tapi tidak sepekat ini.”

Chan langsung membuka jendela itu untukku, membuatku bisa bernafas lega lepas dari aroma pekat yang mencekik itu.

Disamping itu, gadis yang dipanggil nona Hikaru oleh Chan itu malah tersenyum manis kearahku, ya sangat manis. Ok, jangan salah paham, dia memang cantik, aku akui itu, ditambah lagi dress selutut berwarna hijau pastel yang ia kenakan dan juga rambutnya yang panjang tergerai indah dibalik punggungnya benar-benar menambah aspek manis itu. Ya, dibanding diriku yang seperti ini, rasanya aku seperti rakyat jelata yang sedang meminta uang kepada seorang putri. Astaga, aku iri ya???

Nona Hikaru ini tiba-tiba saja mengeluarkan ekspresi terkejut. “Astaga, lancang sekali diriku. Silahkan duduk dan nikmati teh dan biskuitnya,” dia tersenyum lagi.

Aku terpana. Selain cantik, aku merasa wajah gadis ini telah mematuk memori otakku di suatu tempat. Ya, rasanya aku pernah melihat wajah gadis ini. Tapi dimana?

Aku terkejut ketika Chan menyenggol lenganku, membuatku tersadar dari lamunan dan langsung menduduki kursi seperti intruksi tuan rumah, dan kembali terdiam melanjutkan pencarian di otakku. Jujur, aku benar-benar bingung.

Lagi-lagi orang ini mengeluarkan ekspresi terkejutnya. “Aih, aku lupa kita belum kenalan dan aku yakin Ryuzaki-kun belum memberitahu namaku. Tapi, tenang saja orang itu sering bercerita tentang mu,” tangannya terjulur, cepat-cepat kubalas juluran tangannya. “Mitsumi Hikaru, panggil saja aku Hikaru. Jangan seperti orang itu yang terus-terusan memanggilku dengan nona. Kau pasti Ki Mirai, ya, kan?”

Aku masih terpana, dia berbicara terlalu cepat dan tanpa henti, bahkan Chan sama sekali tidak mengghentikannya. Tapi, sering dibicarakan? Maksudnya?

Chan mendesah pendek dan menendang kakiku, buru-buru aku mengangguk kebingungan. “Y..ya, panggil saja Rai, Mirai terlalu panjang.”

Hikaru tersenyum lebar, ia melepas jabatan tangan kami yang ternyata masih terpaut satu sama lain. Astaga, sudah berapa lama? Pasti dia meledekku dalam hati melihat tampang bodoh kebingunganku.

“Kau hebat ya, sekarang lagi gencar-gencarnya berbelanja, memakai pakaian bermerk dan berfoya-foya. Tapi, kau malah berdandan dengan sangat cuek. Celana jeans satu ukuran lebih besar, kemeja putih, rompi rajut, rambut ikat satu dan sepatu kets putih. Kau keren!” Dia mengacungkan kedua jempolnya.

Chan berusaha mati-matian menutup mulutnya agar tidak muntah, aku menerornya dengan tatapan tajam. “Ya, soalnya aku tidak suka yang seperti itu. Semuanya terlihat menjengkelkan.”

“Nona Hikaru, bagaimana kabar anda hari ini?” Anak itu tiba-tiba saja berubah ke mode seriusnya dengan sangat mengejutkan. Tapi, untunglah dia bertanya begitu, aku jengah dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut diriku apalagi dengan orang asing.

Hikaru tertawa. “Ryuzaki-kun, kau aneh. Tidak usah terlalu formal, panggil saja aku Hikaru.”

“Baiklah..jadi, kabarmu?”

“Seperti yang terlihat, aku baik-baik saja. Beberapa kali terapi lagi dan aku bisa pulang, meskipun suatu saat nanti akan balik lagi. Bagaimana kabar mu, Rai?”

Aku tersentak. “Eh, ya, aku baik-baik saja.” Ya ampun, sepertinya aku benar-benar harus ke dokter hipnosis untuk menjemput memori yang sepertinya ada itu.

Chan menggeleng-gelengkan kepalanya tak jelas, tapi sepertinya ia sepakat dengan dirinya sendiri untuk tidak mengusikku. “Keluargamu?”

Hikaru mendelikkan bahunya tak tahu. “Mana aku tahu, mungkin mereka sedang berlibur ke Hokaido dan melupakan anaknya dirumah sakit. Aku juga khawatir, sepertinya Ibuku ada diambang stroke. Entahlah.”

Aku masih diam, sebaiknya aku tidak mengganggu mereka berdua, lagi pula yang orang baru disini adalah aku sendiri.

“Lalu, siapa yang menemanimu?”

“Perawat! Dan kau akhir-akhir ini.”

Chan tersenyum. “Ya, dan Rai juga akan sering menemanimu disini.”

“Hah?” Chan menyikutku, “Ah, y..ya.”

Hikaru tersenyum. “Ah, senangnya dapat teman baru.”

Aku tersenyum kikuk. “Y..Ya.”

Bersambung !!! ( Selasa, 18 Juli 2017 )

Cerita Sebelumnya : Guarantor

To Top