Khazanah, KABA12.com — Mahabbah, sebuah ungkapan kecintaan. Cinta yang muncul dari hati dan perasaan seseorang atas suatu hal. Cinta terhadap pasangan, cinta kepada orang tua, dan cinta terhadap anak, istri, serta kerabat. Kekuatan cinta, mengalahkan kebencian. Mengikis permusuhan dan benih konflik. Begitu dahsyat arti cinta.
Cinta, kata Imam Syafii, menggiring orang untuk mengikuti apapun titah sang kekasih. Innal muhibbi lima yuhibbuhi muthi’.
Cinta itu akan lebih berharga dan berarti, kata Syekh Husain bin Qasim al-Qathis, bila ditujukan kepada Rasulullah. Melalui artikelnya berjudul Mahabbatun Nabi,ia mengatakan, cinta terhadap Rasulullah adalah kewajiban bagi tiap Muslim. Mencintai Allah SWT, maka harus dibuktikan dengan ketaatan terhadap Rasul-Nya. Cinta kepada Rasul, adalah puncak keimanan Muslim.
Kecintaan terhadap Rasulullah, kata Syekh Husain, akan membawa Muslim sebagai pribadi yang terjaga. Ini lantaran, cinta membawanya tetap dalam koridor sunah yang telah Rasul gariskan.
Sebuah hadis riwayat Anas bin Malik, mengisahkan tentang keutamaan cinta Rasulullah. Suatu ketika, sahabat bertanya tentang kapan kiamat akan tiba. Rasul membalas, Apa sajakah persiapan yang telah engkau tempuh? Tak ada apa pun yang ia persiapkan, kecuali kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan itu pun berbuah manis. Engkau akan bersama orang yang engkau cintai, sabda Rasul.
Ia memaparkan beberapa hal yang bisa ditempuh agar muncul kecintaan itu, yang pertama yakinlah bahwa risalah yang disampaikan oleh Muhammad SAW benar adanya. Tak ada keraguan atas keyakinan itu. Sikap membenarkan itu, merupakan ungkapan rasa cinta.
Jika ingin dekat dengan Rasul, maka ikuti segala perintah dan sunah yang pernah ia letakkan. Hanya dengan ketaatan itulah, maka cinta akan terbukti. Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31).
Sumber: Dunia Islam Republika
(Jaswit)