Bukittinggi, KABA12.com — Walikota Bukittinggi diwakili oleh Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sy. Dt.Palang Gagah membuka secara resmi Sosialisasi Adat dan Budaya bagi Bundo Kanduang, Puti Bunsu dan Rang Mudo se Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) Bukittinggi bertempat di Aula Kantor Camat MKS, Kamis (17/09).
Hadir pada kesempatan tersebut Ketua KAN Mandiangin, Bundo Kanduang Kota Bukittinggi, Ketua Bundo Kanduang Mandiangin Koto Selayan serta penasehat Bundo Kanduang Mandiangin Koto Selayan.
Camat MKS, Erizal, menyampaikan, beberapa waktu yang lalu juga telah dilaksanakan acara budaya yang serupa yakni berupa diskusi adat dalam rangka meningkatkan peranan mamak tunganai dalam kaum, dan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat untuk itu saat ini kembali dilaksanakan sosialisasi budaya khususnya kepada Bundo Kanduang, Puti Bunsu dan Rang Mudo se Kecamatan MKS.
“Kegiatan sosialisasi Adat dan Budaya yang dilaksanakan hari ini khususnya ditujukan kepada Bundo Kanduang, Puti Bungsu dan Rang Mudo dengan materi yang akan disampaikan nantinya oleh Ketua Bundo Kanduang Kota Bukittinggi dan akan membahas tentang Sumbang duo baleh,” ucapnya.
Selanjutnya dikatakan, diambilnya pembahasan materi tentang sumbang duo baleh menurut Camat Erizal adalah untuk mengingatkan dan meningkatkan kembali pemahaman duo baleh ketetapan dan larangan yang harus ditaati oleh perempuan minang, karena pada akhir – akhir ini sumbang duo baleh sudah terlalu sumbang dan sangat terabaikan oleh anak kemenakan kita khususnya di Kecamatan MKS, sebutnya.
Sementara itu, Sy. Dt. Palang Gagah dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kepedulian Camat, tokoh kerapatan adat dan bundo kanduang Kecamatan MKS menyelenggarakan acara yang sangat strategis ini karena telah banyaknya terjadi perubahan di masyarakat.
“Kegiatan ini sangat kami apresiasi, karena memang kita bersama – sama telah melihat bahwa ‘jalan lah dialiah urang lalu, cupak lah dianjak urang manggaleh’ betapa kita tidak paham lagi dengan adat sendiri, jati diri sendiri, sehingga terjadilah pergeseran – pergeseran yang seharusnya tidak terjadi, apalagi terhadap yang muda – muda, dirumahpun anak – anak tidak berbahasa minang lagi sebagai bahasa ibu, sementara bahasa itu adalah identitas, ini sesuatu yang berdampak terkikisnya adat dan budaya kita, makanya perlu diingatkan kembali dalam bentuk sosialisasi adat ini. Semoga kegiatan ini juga membawa manfaat untuk kemajuan bundo kanduang dalam melestarikan kebudayaan Minangkabau di Kota Bukittinggi,” ujar Sy.Dt.Palang Gagah.
Kemudian Sy.Dt.Palang Gagah juga menjelaskan tentang tiga jenis perempuan (padusi) di Minangkabau, ” yakni padusi Simarewan, padusi Mambang Taliawan dan Bundo kanduang. Padusi Simarewan dan Mambang Taliawan merupakan perempuan yang tidak beradat, bapaham co gata aia, iko elok itan chateau, bak pimpiang tumbuah dilereng, alun dijujai inyo lah galak. Sedangkan perempuan ketiga adalah Bundo Kanduang, orang tua sejati, orang yang patut dicontoh teladani, orang yang jadi penawar, itulah Bundo Kanduang,” paparnya.
Mengingat sampai saat ini cobaan pandemic covid-19 masih belum lagi berakhir, Sy.Dt.Palang Gagah mengajak semua peserta sosialisasi untuk senantiasa memelihara diri, memelihara keluarga dan memelihara tetangga dengan cara selalu memakai masker dan menghimbau agar tidak keluar rumah kalau tidak hal yang perlu, sering mencucui tangan pakai sabun dan jaga jarak serta menghindari kerumunan.
(Ophik)