Oleh : Rahman Buya
“Sesungguhnya rahmat Allah itu seratus bagian, maka satu bagian diturunkan kebumi, maka dengan satu rahmat itu jin, manusia, binatang dan serangga dapat berbelas kasih dan sayang menyangi, sehingga burung dan binatang buas sayang pada anaknya, dan (Allah) menunda yang sembilan puluh sembilan, yang akan dituangkan pada hamba-Nya yang beriman pada hari kiamat.” [HR. Bukhari, Muslim dan Attirmidzi].
Ketahuilah, bahwa rahmat dan kasih sayang Allah terus menerus bertebaran setiap saat, bagaikan embun malam yang terus turun menapaki hamparan bumi yang luas ini, sebagai tanda betapa Dia memperhatikan, menjaga, dan memberikan perlindungan serta keselamatan makhluk-Nya.
Dia Allah selalu memberi waktu dan ruang yang tak terbatas, membukakan semua pintu langit untuk meneriama doa hamba-Nya yang bermunajat, berkenan membersihkan dosa-dosa, betapapun besarnya.
Seringkali manusia membiarkan semua harinya berlalu, dan malam-malamnya hilang bagaikan lepasnya mata panah dari busurnya tanpa arah. Jika fajar telah menyingsing di ufuk timur, selasai ibadah subuh berjama’ah, dan siang hari sudah menjelang, manusia diberi waktu yang cukup untuk mencari penghidupan. Dan jeda waktu saat panggilan mulia ‘azan’ berkumandang, saatnya untuk menyempurnakan usaha dengan memasrahkan diri kepada Sang Maha Kaya, Allah Ta’ala dengan sholat dan doa. Sementara jika mentari diufuk barat sudah berangsur tenggalam, pertanda siang berganti malam, saatnya beristirahat dari kelelahan mengais rezeki sepajang hari.
Namun tidak banyak manusia menyadari, bahwa dalam keheningan malam yang dingin, rahmat Allah Ta’ala selalu tercurah. Dia menyediakan waktu yang mustajab untuk berdoa dan beribadah, sepertiga malam menjelang sang ‘fajar siddiq’ muncul. Allah membuka pintu rahmat, menerima seluruh keluh kesah hamba-Nya, mendengarkan insan yang meratap karena sedikitnya amal yang dilakukan, membuka pintu keampunan dari segala noda dalam diri.
“Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya” [QS. Al-Nur (24): 21].
Beberapa ibadah sunnah dengan ganjaran pahala yang besar, Allah Ta’ala tempatkan pada waktu sepertiga penghujung malam. Berzikir, berdoa, bermunajad, tahajjud, dan witir sebagai ‘penutup’ sholat malam yang disunnahkan adalah amalan yang mengundang datangnya keberkahan dari Sang Pemilik Alam, Allah Ta’ala Yang Maha Suci dan Maha Pengampun. Dan dengannya Allah mengangkat derajat orang mukmin pada kedudukan yang tinggi. Firman Allah SWT, “Dan pada sebagian malam, lakukanlahh sholat Tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” [QS. Al-Isra’ (17): 79].
Oleh karena itu Allah menjanjikan ganjaran yang besar terhadap mereka yang sanggup ‘melepaskan selimutnya’ semata-mata untuk mengerjakan ibadah, bermunajad, memohon ampun kepada-Nya.
Sepanjang waktu yang dilalui manusia, Allah taburkan segala berkah, karunia dan rahmat yang tak pernah putus untuk hamba-Nya. Itupun hanya ‘sepersepuluh’ dari rahmat Allah yang diterrkan bagi sekalian makhluk-Nya. Dan kesempurnaan rahmat itu Allah janjikan di ‘yaumil akhir’ nanti.
Dikutip dalam “Petunjuk ke Jalan Lurus” dari terjemahan ‘Kitab Irsyadul Ibaad Ila Sabilirrasyad’ (H. Salim Bahreisy: (1997). hal. 801-802), seorang sahabat, Amir Arrami r.a berkata, “Ketika kami dimajelis Rasulullah saw, tiba-tiba seseorang datang dan ditangannya ada bungkusan, lalu ia berkata; “Ya Rasulullah saya tadi berjelan melalui kebun, lalu mendengar suara anak burung, maka aku mendaki pohon dan mengambil anak-anak burung itu (meletakkannya) dalam sorbanku ini, kemudian datang induk burung dan berputar-putar diatas kepalaku, lalu saya buka anak-anaknya maka turunlah burung itu, lalu saya bungkus kembali bersama induknya. Maka (seketika) Rasululah bersabda, “Letakkan semuanya”, maka diletakkannya, tepi induk burung itu tidak meninggalkan anak-anaknya. Maka Rasulullah saw bersabda pada sahabat-sahabatnya: “Herankah kamu dari kesayangan induk burung itu terhadap anak-anaknya? Demi Allah yang mengutusku dengan hak, Allah lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi sayang nya induk burung terhadap anaknya”. Lalu Nabi saw menyuruh orang itu, “Kembalikan ketempat dimana anda mengambilnya, lalu dibawa kembali semua burung itu.” [HR. Annasa’i]
Begitulah Allah Sang Khaliq Yang Maha Penyayang, yang sangat menyayangi seluruh makhluk-Nya. Allah Ta’ala telah menyediakan ruang dan waktu secara adil kepada semua makhluknya. Dan manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna bentuk kejadiannya, dilengkapi fisik yang indah, dan dibekali akal pikiran (hati nurani). Lalu jika hatinya terlalai mengingat Allah, maka Dia pun menyediakan waktu-waktu yang mustajab bagi terkabulnya doa dan pengharapan.
Anas ra. berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda; “Allah berfirman, Hai anak Adam selama anda berdo’a dan berharap pada-Ku, tetap aku ampunkan bagimu semua yang terjadi padamu dan tidak aku hiraukan berapa banyaknya. Hai anak Adam andaikan dosamu telah mencapai langit, kemudian minta ampun pada-Ku, Aku ampunkan bagimu. Hai anak Adam andaikan anda menghadap pada-Ku dengan wadah dibumi penuh dosa tetapi anda tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun niscaya Aku isi semua wadah itu dengan ampunan” [HR. Attirmidzi].