Galetek

Badunsanak Dalam Pilkada

Catatan : Harmen

Kito Badunsanak (kita bersaudara). Ini menjadi sajian kalimat ajakan paling efektif untuk membangun “rasa bersama” yang sangat efektif di Sumatera Barat yang dikenal sebagai wilayah yang sangat menjunjung tinggi kesantunan, kearifan, rasa segan dan penghargaan yang tinggi pada orang dalam segala aktivitas.

Kekayaan budaya dan tradisi yang dilandasi kerangka moral yang sangat kuat bagi masyarakat Sumatera Barat, dengan adat basandi syarak,syarak basandi kitabullah, adalah kunci penting dalam merangkai hari-hari penting untuk mendorong kesiapan masyarakat dan nagari untuk lebih maju.

Semua menjadi hal penting yang harus dilaksanakan masyarakat yang selalu terikat dengan “kontrak bathin” pada nurani untuk selalu menomorsatukan kearifan akan penghargaan pada orang lain.

Apalagi, jika pendulang harapan dan pendukungnya, disirami dengan catatan-catatan penting tentang kearifan, kesantunan, rasa segan dan penghormatan pada pihak lain yang jadi pesaing, semua tujuan akan bisa diraih dengan akbar. Dan mestinya hal itu, berlaku untuk semua aktivitas masyarakat, walau dengan kondisi kekinian sekalipun. Itu harfiahnya.

Hal itupun sebetulnya akan bisa terlaksana nyata dalam berpolitik. Termasuk dalam kontestasi politik ,baik pemilu legislative, pemilu presiden, pemilihan kepala daerah, wali nagari bahkan sampai ke tingkat jorong.

Alangkah luar biasanya nenek moyang rang Minangkabau. Semua sudah terkaji dan teraplikasi dengan baik sejak “doeloe”. Segala basis beraktivitas secara sosial dan politik, sudah teranalisa dengan sangat jelas, dan kini para penerus, tinggal mengkaji, menjalani dan mentaatinya sebagai sebuah rambu-rambu dalam bersilaturrahmi.

Termasuk dalam pilkada. Semua kontestasi yang muncul dalam beragam event politik, adalah bagian (mestinya) silaturrahmi dalam upaya memperbanyak dunsanak. Itu sebabnya, di Sumbar muncul slogan Pemilu Badunsanak-Pilkada Badunsanak. Karena memang, semua kita bersaudara, walau berbeda tujuan dan kepentingan.

Perbedaan tujuan dan kepentingan, sebagai pilar mendasar dalam politik, sebetulnya tidak akan menjadi masalah besar, jika jabaran dan apa sesungguhnya Pilkada Badunsanak itu, betul-betul sampai ke sanubari masyarakat.

Jabaran dan target Pilkada Badusanak, sebetulnya harus mengena sampai ke relung hati yang paling dalam pada masyarakat. Tentu, peran pelaksana pilkada, para kandidat, para tim sukses, bersama pimpinan lembaga yang ada di daerah ini, termasuk peran aktif tokoh masyarakat, ninik mamak, alim ulama, pemuda dan unsur berkepentingan lain, betul-betul bisa menjabarkan apa sesungguhnya pilkada, apa itu badunsanak, tentu dengan pola dan strategi yang sesuai.

Bahkan, alangkah luar biasanya. Kontestasi politik, bersaing memenangkan tujuan, berkompetisi menyukseskan impian, tidak harus dilakukan dengan menghalalkan secara cara, termasuk menafikan tatanan adat, etika dan azas bersilaturrahmi yang dengan susah payah ditata dan dibangun dengan baik oleh masyarakat Minang sejak lama.

Pilkada atau kontestasi politik lainnya, justru punya tujuan yang sama. Sama-sama untuk mempersiapkan pemimpin masa depan dalam memajukan daerah, mensejahterakan masyarakat dengan segala ragam keunggulan yang dimiliki. Tidak untuk tujuan lain sesungguhnya.

Dan untuk menggapai semua itu, tidaklah harus menjadikan pilkada sebagai ajang persaingan pribadi, kelompok atau kepentingan lain, dengan mengabaikan beragam rambu-rambu etika bersilaturrahmi yang selama ini sangat kuat dipegang masyarakat. Berkontestasi adalah wajar, namun harus menomorkan kepentingan yang lebih luas, daerah dan masyarakat, karena badunsanak dalam pilkada adalah kunci sukses luar biasa.(***)

To Top