Kaba Bukittinggi

65 Santri Karantina Hafidz Spesial Liburan LTTQ Alif Ba Diwisuda

Bukittinggi, KABA12.com — LTTQ Alif Ba Bukittinggi, mewisuda 65 santri tahfidz yang dikarantina selama liburan semester 2019 jelang masuknya tahun ajaran baru 2019-2020. Wisuda haflah Al Quran, karantina tahfidz Quran spesial holiday tahun 2019 ini, dilaksanakan di kantor MUI Bukittinggi, Sabtu, (06/07).

Pimpinan LTTQ Alif Ba Bukittinggi, Ustadz M. Ali, menjelaskan, karantina dilakukan selama 12 hari. 65 santri yang dikarantina berasal dari berbagai tingkatan sekolah, bahkan juga ada yang merupakan santri yang sudah berusia senja.

“Mengahafal Al Quran itu mudah, tapi yang sulit itu adalah membiasakannya. Dalam karantina, juga dihadirkan 5 pemateri khusus. Sehingga tidak hanya menghafal Al Quran saja, namun santri juga diberikan pembekalan terkait kajian Al Quran dan berbagai ibadah lainnya. Semua dilakukan dalam rangka membina dan membentuk karakter anak, sehingga bisa lebih istiqomah,” jelasnya.

Selain itu, karena memang dalam suasana liburan, santri karantina tahfidz Quran, juga dibawa berwisata ke sejumlah objek wisata.

“Jadi kami angkat tema menghafal Al Quran serasa liburan. Kami ingin banyak anak anak kita yang menjadi penghafal Quran, karena para penghafal Al Quran akan memberikan mahkota kemuliaan bagi orang tua para hafidz dan hafidzah di akhirat kelak,” ujarnya.

Kemudian, M. Ali juga menambahkan, bagi alumni karantina hafidz ini, jika terus berproses dan hafalannya mencapai 15 juz, akan diberangkatkan umrah dengan gratis.

“Jadikan Al Quran didadamu, Al Quran dalam pikiranmu, Al Quran dalam kehidupanmu,” pungkasnya.

Ketua MUI Bukittinggi, Aidil Alfin, mengapresiasi upaya LTTQ Alif Ba dengan program karantina tahfidz Quran spesial holiday (liburan) ini. Karena geliat tahfiz di Bukittinggi, dalam dua tahun belakangan semakin marak. Banyak program tahfidz dilaksanakan berbagai lembaga.

“Banyak metode yang dilaksanakan. Namun kami tetap menghimbau kepada lembaga tahfidz untuk tidak memberikan metode yang muluk-muluk, 10 hari 5 juz, 15 hari 10 juz. Tidak perlu seperti itu, cukup 12 hari 1 juz, itu lebih baik dari pada dengan metode yang muluk-muluk tapi targetnya tidak tercapai,” ungkapnya.

MUI berharap, hafalan yang sudah ada saat ini, dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Sehingga generasi muda Bukittinggi dapat menjadi generasi yang Qurani, berkarakter, beraqidah dan terbaik dunia akhirat.

(Ophik)

To Top